Semangat Antisedotan KFC Indonesia

marketeers article
Day 231 of 365 Straws Todays shot is not an original idea. I have seen it several times this year. I was going to go for a shallow dof and make it like one of the recent ones I saw from Concrete Cowboy but I liked the colors here so I decided to go with a bigger depth of field and gre more of the staws in focus. Lighting: 580exii 1/64 camera left

Jaringan toko ayam KFC Indonesia mulai mengampanyekan budaya #NoStrawMovement alias antisedotan. Gerakan ini mengajak pelanggan untuk tidak menggunakan produk plastik yang menjadi sampah terbesar kelima di lautan itu. Seberapa berhasilkah kampanye tersebut bagi ritel cepat saji yang memiliki 630 gerai tersebut?

Kampanye ini sebenarnya sudah dilakukan PT Fastfood Retail Indonesia Tbk, operator KFC di tanah air, sejak setahun lalu. Hasilnya, KFC mengklaim telah berhasil mengurangi penggunaan 45% sedotan di 233 gerai KFC di Jabodetabek. Caranya, pihak KFC tidak memberikan wadah penampung sedotan yang biasanya diletakkan di atas meja saus sambal.

“Standar operasionlnya adalah kami tidak memberikan sedotan di setiap minuman kecuali jika pelanggan memintanya,” terang GM Marketing KFC Indonesia Hendra Yuniarto kepada awak media yang hadir.

Mengapa tidak melarangnya sama sekali? Hendra beralasan, sebagai restoran yang mengutamakan servis, KFC masih mengakomodir kebutuhan pelanggan selama menyantap makanan dan minuman di gerainya. Apalagi, beberapa minuman KFC seperti Mocca Float memang membutuhkan sedotan untuk mengaduk float (es krim) dan meneguk minuman berbahan kopi dan cokelat itu.

“Kami belum memiliki alternatif untuk mengganti kemasan minuman kami tanpa sedotoan. Tapi imbauan ini akan terus kami gencarkan kepada konsumen agar meraka paham dan mengerti,” papar dia.

Salah satu edukasi yang dilakukan KFC adalah dengan memutar video kampanye #NoStrawMovement itu di layar LCD yang ada di setiap gerai. Video itu pun akan terus diganti setiap sebulan sekali.

Mengapa KFC begitu konsen terhadap isu ini? Hendra berujar, sebagai brand, pihaknya ingin berkontribusi kepada masyarakat dan lingkungan di mana perusahaan ini beroperasi. Apalagi, sebagai jaringan kedai ayam terbesar di Indonesia, kebutuhan penggunaan material berbahan plastik sudah tak terelakkan lagi. Semakin besar jumlah gerai KFC, semakin tinggi kebuthan plastik setiap harinya.

Sejumlah fakta pun mendukung inisiatif KFC yang disebut sebagai yang pertama di dunia ritel makanan-minuman di Indonesia ini. Setiap tahunnya, sepertiga biota laut termasuk terumbu karang dan burung laut mati karena sampah plastik termasuk sedotan plastik sekali pakai yang berakhir di lautan.

Hal ini tentu sangat mengkhawatirkan mengingat terumbu karang berperan besar melindungi pantai dari erosi, banjir pantai, dan peristiwa perusakan lain yang diakibatkan oleh fenomena air laut.

Penggunaan sedotan plastik di Indonesia pun terbilang tinggi. Sekitar 93 juta batang sedotan digunakan sekali pakai selama sehari yang berasal dari restoran dan produk kemasan bersedotan (packaged straw).

Jika seluruh sedotan itu dibentangkan, panjangnya bisa mengitari jari-jari bumi sebanyak tiga kali, dan lima kali mengitari haris pantai Indonesia. Itu pun juga setara jarak Jakarta ke Meksiko yang mencapai 16.700 km.

“Selama setahun kami melakukan kampanye ini, kami berhasil mengurangi 45% penggunaan sedotan di setiap gerai. Itu setara dengan 275 tinggi monas jika ditegakkan lurus,” tegas Hendra.

Pihak KFC pun menggandeng beberapa pihak untuk membantu mengedukasi kampanye tersebut, antara lian Kaka Slank dan komunitas Divers Clean Actions (DCA). Ketika DCA melakukan kegiatan pembersihan sampah plastik di salah satu pulau di Kepualaun Seribu, didapat bahwa setiap 100 m2 terkumpul 936 buah sedotan.

“Ini setara 12 gerbong kereta api besar. Itu baru per 100 m2 saja dan dari satu pulau,” papar Swietenia Puspa Lestari. Penggagas DCA.

Sedotan Tidak Bernilai 

Menurut data Kementrian Lingkungan Hidup, sekitar 70% sampah plastik di Indonesia dapat dan telah di daur ulang oleh para pelaku daur ulang. Akan tetapi, itu tidak berlaku dengan sedotan/ Pasalnya, sedotan memiliki value atau nilai jual yang rendah dan lebih sulit didaur ulang. Sehingga, bayak pelaku daur ulang tidak bersedia mengambil.

Rata-rata setiap orang menggunakan sedotan sekali pakai sebanyak 1-2 kali setiap hari,” kata Swietenia.

Selain itu, ukuran sedotan bermacam-macam, namun umumnya berbahan plastik tipe polypropylene. Plastik jenis ini didisain untuk bertahan seumur hidup sehingga butuh waktu yang sangat lama untuk dapat hancur dan terurai.

Fakta ini tentu sangat mengkhawatirkan dan berbahaya karena semakin lama keberadaannya di laut akan menjadi microbeads dan mudah termakan oleh hewan laut.

Kaka Slank yang hobi menyelam mini mengatakan bahwa sampah plastik termasuk sedotan  membahayakan terumbu karang. Apalagi, Indonesia berkontribusi 18% dari total terumbu karang dunia. Namun, sayang, hanya 29,79% dari total luas terumbu karang di negeri ini yang masih dalam keadaan baik. Artinya ada 70% terumbu karang yang mengalami kerusakan lingkungan.

“Sedotan plastik, meskipun kecil, tapi dampaknya besar. Ia  tidak dapat didaur ulang sehingga amat berperan dalam merusak terumbu karang dan biota laut,” tegas front man Slank ini.

Editor: Sigit Kurniawan

    Related