Sempat Turun, Apakah Pasar Hotel Surabaya Kembali Menggeliat?

marketeers article
Surabaya telah menjadi kota bisnis terbesar kedua setelah Jakarta, menjadikan Ibukota Jawa Timur ini sebagai pasar terbesar. Itu artinya, ketika bisnis berjalan lambat, memengaruhi berbagai industri lain, seperti perhotelan. 
 
Tidak adanya acara internasional yang berjalan rutin di Surabaya menuntut pelaku perhotelan di kota itu mengandalkan sektor bisnis sebagai penopang usaha. Di sisi lain, perkembangan industri kesehatan dan farmasi melahirkan berbagai acara yang dapat meningkatkan pasar hotel Surabaya.
 
Menurut laporan Colliers International, Average Occupancy Rate (AOR) atau rerata okupansi hotel di Surabaya meningkat 3,5% kuartal-ke-kuartal. Pada akhir 2015 lalu, okupansi hotel di Surabaya menyentuh 57,31%. Turun dari performa tahun lalu yang mampu di atas 60%.
 
Turunnya market hotel Surabaya disebabkan oleh aturan pemerintah saat itu yang melarang Pegawai Negeri Sipil rapat atau mengadakan event di hotel, guna melakukan penghematan APBD.
 
Alhasil, pada kuartal kedua tahun lalu, rerata harga per kamar di Surabaya atau Average Daily Rete (ADR) turun 8% dari tahun lalu, atau sebesar US$ 49,05.
 
Maraknya pembangunan hotel-hotel baru saat ini tentu dapat membuat tingkat ADR di Surabaya terus terkoreksi. Pasalnya, dengan pasokan yang kian banyak, rebutan pelanggan pun bakal terjadi.
 
Sehingga, banyak hotel yang memilih meningkatkan okupansinya dengan cara memberikan harga semurah-murahnya. Tak heran, ADR Surabaya nantinya bakal terus tergerus.
 
Sepanjang tahun 2015, Colliers mencatat ada 1.927 tambahan kamar baru di Surabaya. Sehingga, total pasokan kamar di Kota Pahlawan itu mencapai 4.813 kamar. Dari jumlah itu, 2.643 kamar berasal dari hotel bujet. Jumlah kamar hotel jenis ini meningkat tajam atau 81,52% dari tahun 2014.
 
Sepanjang tahun lalu pula, setidaknya ada lima hotel bujet baru dibuka di Surabaya, antara lain POP! Hotel Gubeng, Cleo Hotel, Zest Hotel Jemursari, ibis Budget HR Muhammad, dan MaxOne Hotel Tidar. Hingga tahun 2018, Colliers memprediksi ada sekitar 16 hotel bujet baru akan berdiri di kota tersebut.
 
 
Editor: Sigit Kurniawan 

Related