Sensasi Seni Adu Domba di Garut

marketeers article

Salah satu destinasi yang tidak boleh Anda lewatkan ketika bertandang ke Garut adalah atraksi adu domba. Selain tentunya menikmati keindahan alam dan berburu dodol Garut sebagai kuliner khas dari daerah yang pada zaman Belanda dijuluki sebagai Swiss van Java tersebut.

Atraksi adu domba ini memang tidak lepas dari banyaknya peternakan domba yang ada di sana. Ada beberapa lokasi yang biasa dipakai untuk festival domba ini. Biasanya dilakukan di Tatar Pasundan. Sebut saja Desa Ngamplang, Cangkuang, dan Ranca Bango.

Tontonan rakyat ini sudah turun-temurun sejak dua abad lalu. Tepatnya pada awal abad ke-19 saat karisidenan Garut dipimpin oleh Suryakanta Legawa, bupati yang menjabat pada periode 1815-1829. Singkat cerita, adu ketangkasan domba ini digelar pertama kali oleh bupati dengan domba jantang jagoannya yang bernama Si Toblo.

Ajang ini digelar rutin dan turun-temurun sampai akhirnya menjadi satu aktivasi yang menjadi ciri khas dari kabupaten yang dikelilingi pegunungan tersebut. Faktor geografi inilah yang membuat Garut sebagai tempat ideal untuk peternakan domba.

Domba-domba hasil perternakan di Garut ini memiliki karakter yang khas dibanding dengan daerah lain. Domba Garut dikenal dengan perawakan yang tinggi dan kekar. Bobotnya antara 60 hingga 90 kilogram. Panjangnya mencapai 81 centimeter dengan lingkar dada 107 centimeter. Selain itu, tanduknya sangat besar untuk ukuran domba standar yang ada di Indonesia. Postur gagah ini menjadikan domba jantan sebagai domba pertarung.

Ciri unik lainnya, domba Garut bertelinga panjang atau dalam istilah Sunda disebut ngagiri. Ada empat tanduk yang menjadi unggulan dari para pemilik domba pertarung ini, yakni bentuk gayor, golong tambang, leang, dan ngabendo. Biar tampak hitam, mengkilap, dan berkesan macho, pemilik domba mengolesi tanduk-tanduk itu dengan minyak kemiri.

Sebenarnya, bentuk tanduk domba tersebut tidak bisa lepas dari genetika aslinya. Asal tahu saja, ada tiga jenis domba yang ada di Garut. Ketiganya, antara lain domba Priangan sebagai domba lokal, domba merino yang berasal dari Spanyol, dan domba kaapstad dari Afrika. Domba-domba impor dipopulerkan oleh pengusaha Belanda pada zaman itu. Kemudian terjadi persilangan yang menghasilkan domba-domba pertarung.

Selain dimanfaatkan untuk kontes ketangkasan, domba-domba Garut juga menghasilkan pupuk organik untuk menyuburkan perkebunan maupun pekarangan rumah. Bahkan, terkait daging dan susu, domba-domba ini juga menjadi komoditas ekspor. Menurut data Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan, dari tahun ke tahun, ekspor domba meningkat. Pada tahun 2018, ekspor domba ke Malaysia mencapai 3.000 ekor. Pada tahun yang sama, Indonesia juga mulai mengekspor domba Garut ke negara Uni Emirat Arab sebanyak 300 ekor dengan nilai Rp 3,04 miliar.

Eksistensi domba Garut layak dipertahankan karena menjadi salah satu pendongkrak turisme. Festival laga domba ini saat ini diseriusi oleh pemerintah setempat sebagai bagian dari strategi menarik wisatawan. Bahkan, Kementerian Pariwisata pernah memasukkan Gebyar Pesona Budaya Garut – di dalamnya ada festival laga domba – yang merupakan agenda tahunan hari jadi Garut ke dalam kalender 100 Wonderful Event Nasional 2018.

 

    Related