Seperti Apa Wajah ICE, Gedung Konvensi Terbesar se-Asia?

marketeers article
Pengembang properti PT Sinarmas Land Tbk bersama PT Dyandra Media International Tbk (anak usaha Kompas Group), pada kuartal pertama tahun ini telah merampungkan gedung konvensi terakbarnya, yaitu Indonesia Convention Exhibition (ICE) yang berlokasi di BSD Serpong, Tangerang. Gedung yang diklaim sebagai gedung konvensi terbesar se-Asia Tenggara ini akan menghadirkan beragam event demi mendongkrak awareness-nya di mata masyarakat.
 
Gedung yang dikelola oleh PT Indonesia International Expo (IIE), perusahaan joint venture antara Sinarmas dan Dyandra ini, akan menyajikan perhelatan bertajuk All Eyes to ICE yang juga menjadi grand opening dari gedung seluas 117.000 m2 itu. Event ini digelar mulai 31 Juli hingga 30 Agustus 2015 dengan menghadirkan serangkaian acara, seperti pentas Teater Koma, Nanta Cooking Show, konser musik Afghan, Raisa, Magenta Orchestra, grup kpop Big Bang, hingga pameran mobil Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS).
 
CEO Strategic Development & Services Sinarmas Land Ishak Chandra mengatakan, ICE merupakan hasil cita-cita yang menjadi kenyataan. “Dulu, kami bercita-cita untuk memiliki sebuah gedung konvensi terbesar se-Indonesia. Lalu, kami bertemu dengan Kompas Group, dan kini kami berhasil mewujudkan gedung yang tak hanya terbesar se-Tanah Air, namun juga se-Asia,” ungkap Ishak yang juga menjabat sebagai Direktur PT IIE.
 
Ishak melanjutkan, proyek yang memakan waktu pengerjaan selama tiga tahun dengan total investasi mencapai Rp 4 triliun ini, memiliki diferensiasi paling mencolok di banding gedung konvensi sejenis yang ada di Indonesia, seperti JiExpo maupun JCC. “ICE adalah yang terbesar saat ini. Kami memiliki sepuluh exhibition hall seluas 50.000 m2, area pameran outdoor selus 50.000 m2, convention hall seluas 4.000 m2, dan lobi seluas 12.000 m2,” tuturnya.
 
Lalu, mengapa ICE mesti melakukan grand opening-nya selama satu bulan?
 
Mulyawan Gani, Managing Director Emerging Business Sinarmas Land, mengatakan selama sebulan tersebut, pihaknya ingin menunjukkan bahwa sebuah gedung konvensi ternyata bisa menjadi sarana berkumpul masyarakat, dari anak kecil hingga kalangan tua. “Target konsumen kami bukan event organiser atau brand owner saja. Melainkan juga konsumen langsung agar mereka bisa melihat bahwa gedung konvensi bisa menyelenggarakan berbagai macam aktivitas,” tuturnya.
 
Gani menuturkan, pada umumnya, sebuah gedung konvensi hanya menjadi saranan transaksi antara penjual dan pembeli. Namun di ICE, ia bilang, selain transaksi bisnis, juga ada transaksi ilmu pengetahuan. Dalam acara grand opening nanti misalnya, terdapat pameran yang dimotori oleh Kementerian Perindustrian, Badan Ekono Kreatif, Kementerian Komunikasi & Informasi, serta Risetdikti. “Jual beli tetap ada. Namun, akan banyak sekali pameran animasi dan teknologi. Mereka bisa berbagi informasi kepada pengunjung yang datang bagaimana teknologi itu bekerja,” paparnya.
 
Yang juga tak kalah menarik, lanjut Gani, adalah pada hall 2, 3, dan 4 tersedia pusat anak-anak atau children center. Ini sengaja diciptakan ICE, mengigat pengunjung kerap mengkhawatirkan anak-anaknya saat pergi ke suatu pameran.
 
“Untuk mereka yang memliki anak kecil, play ground ini bisa dipakai untuk anak-anak bermain dan belajar. Tidak hanya nonton tv, di sana tersedia program menari, menggambar, dan kreasi seni. Sehingga, pengunjung bisa dengan tenang menjelajahi ICE, tanpa perlu khawatir akan anak-anak mereka. Apalagi, kami satu-satunya gedung konvensi yang menyediakan daycare (ruang pengasuhan anak),” cerita Gani.
 
Sedangkan pada hall 8 tersedia area sport hall, di mana akan dilakukan kompetisi basket 3 on 3. “Kami ingin pengunjung tahu bahwa gedung konvensi pun bisa dijadikan sarena olahraga. Sesuatu yang jarang dilakukan di gedung konvensi lainnya di Indonesia,” aku Gani.
 
Dengan acara grand opening yang cukup padat tersebut, akses menuju lokasi acara pun juga menjadi perhatian gedung yang berdiri di atas lahan seluas 20 hektare itu. Gani mengatakan bahwa pihaknya menyediakan shuttle bus gratis yang akan berkeliling dari hall satu ke hall lainnya. Maklum saja, jarak hall 1 ke hall 10 mencapai 1 kilometer. “Bus juga berkeliling ke seantero BSD CIty, seperti AEON Mall, The Breeze, Teras Kota, hingga ke Stasiun Commuter Line Rawa Buntu,” kata Gani menjelaskan. 

Related