Sepuluh Kesalahan Yang Sering Dilakukan Startup

marketeers article
Memulai bisnis itu sulit. Meluncurkan startup, bahkan bisa jauh lebih sulit. Selain para pendiri startup ditantang untuk membangun perusahaan dari nol hingga menjadi besar, banyak pengusaha rintisan yang minim pengalaman di dunia bisnis. 

Bahkan, meskipun mereka memiliki ide-ide brilian, masalah yang jauh lebih kompleks pun timbul, seperti bagaimana mengelola perusahaan, mengelola keuangan serta bagaimana mempekerjakan karyawan. Karena kurangnya pengalaman, banyak startup harus tumbang lantaran seleksi alam.
 
“Jika Anda ingin membuat startup, pastikan Anda tidak menambah deretan panjang startup yang sudah gugur sebelum berperang”. Begitulah pemaparan Presiden Direktur PT Gematechno Indonesia Adhitya Arief Nugaraha saat berbincang-bincang dengan para mahasiswa di Universitas Negeri Yogyakarta beberapa waktu lalu.

Acara yang merupakan bagian dari The Next Dev Pulang Kampung untuk kota terakhir itu, Adhitya membagi tips kepada audiens yang hadir mengenai 10 kesalahan yang kerap dilakukan startup ketika memulai menjalankan bisnisnya. Begini 10 hal yang perlu Anda hindari itu

1. Jangan Jadi Founder Sendirian
Berapa banyak startup yang sukses dengan hanya memiliki satu founder? Mungkin cuma satu, yaitu Larry Ellison, Pendiri Oracle. Membangun sebuah perusahaan membutuhkan kerja keras, sehingga memerlukan lebih dari satu individu untuk memulai bisnis. Namanya juga perusahaan, tidak mungkin juga kan kalau isinya cuma satu orang?

Keberadaan founder lain (atau disebut co-founder) juga bermanfaat dalam memberikan motivasi Anda saat tengah menghadapi masa-masa sulit. Selain itu, di masa-masa awal, Anda butuh banyak modal untuk membangun produk serta layanan yang ditawarkan startup Anda. Sehingga, modal dari dua orang akan jauh terasa lebih “enteng” ketimbang modal dari satu orang.

2. Gunta-ganti rencana bisnis.
Rencana bisnis yang kuat memainkan peran penting dalam memproyeksi kesuksesan kita di masa depan. Rencana bisnis berfungsi untuk memandu startup ke arah yang benar, setidaknya dengan menjawab pertanyaan berikut: Apa tujuan dari perusahaan Anda? Siapa pelanggan potensialnya? Apa misi dan nilai-nilai perusahaan Anda? Apa arah yang diinginkan bagi perusahaan? Siapa pesaing perusahaan dan apa yang mereka lakukan? Bagaimana perusahaan dapat mengukur keberhasilan?

Dalam kata lain, rencana bisnis menjadi acuan Anda dalam mengembangkan usaha. Jadi, ketika setiap kali perusahaan ingin meluncurkan produk atau layanan baru, harus mengacu pada rencana bisnis itu.

3. Tidak becus menangani uang.
Startup memang ketar-ketir saat mencari uang. Namun, ketika ia mendapatkan uang dalam jumlah besar, banyak startup yang juga bingung memanfaatkannya.

Salah satu kesalahan terbesar adalah menghabiskan terlalu banyak uang dengan memperkerjakan puluhan orang. Padahal, startup-nya baru seumur jagung. Pada awalnya, startupreneur meyakini mereka membutuhkan banyak tenaga kerja. Tapi, hal itu justru membuat startup “membakar” uang lebih cepat. 

Untuk menghindari hal ini, startup harus memperkerjakan segelintir orang yang benar-benar diperlukan. Ia harus merekrut karyawan baru satu demi satu seiring usahanya kian membesar.

Semakin besar perusahaan kita, maka semakin besar pula return yang mesti diberikan kepada investor. Sehingga, menjadi celaka apabila suatu saat, beban pokok dari usaha kita mengalami kenaikan, dan kita malah menggunakan dana cadangan untuk membiayai beban pokok itu. 

Lantas, bagaimana jika suatu saat klien menunggak pembayarannya? Maka itu, startup harus memiliki perencanaan keuangan yang baik serta mampu menggunakan uang tersebut secara efektif dan efisien.

4. Ketidakmampuan untuk mengambil langkah baru (pivoting). 
Setiap pengusaha rasanya tidak masalah apabila perusahaannya suatu saat nanti keluar dari bidang yang digelutinya saat ini. Kita tahu bahwa Nokia pernah memiliki pabrik kertas dan produsen sepatu. Namun, Nokia malah sukses dengan bisnis telekomunikasinya.

Begitu juga dengan Odeo yang sempat eksis sebagai platform podcast. Namun, sejak Apple meluncurkan platform podcasting-nya, Odeo harus pivot. Saat ini, Odeo bertransformasi menjadi media sosial yang dikenal sebagai Twitter.

Untuk menjadi pemilik bisnis yang sukses, kita dituntut untuk menyimpan rencana cadangan yang berguna apabila rencana awal tidak berjalan sebagaimana mestinya. 

5. Berpikir terlalu sempit. 
Jika seorang pengusaha berpikir terlalu sempit, yang berarti menargetkan ceruk pasar yang sangat kecil atau niche market,  kadang membuat keberhasilan sulit diraih.

Mengapa? Investor Paul Graham, pendiri startup inkubator Y Combinator, menjelaskan dalam “The 18 Mistakes That Kill Startup” bahwa banyak pengusaha merasa lebih aman untuk menargetkan kerumunan yang kecil, sehingga kompetisi tidak begitu sengit. 

Namun, ia mengatakan, suatu startup yang baik, pasti akan memiliki pesaing. Dengan menghindari persaingan, justru berarti bahwa startup yang Anda ciptakan bukanlah ide yang baik.

6. Memilih lokasi yang salah. 
Penentuan lokasi bisnis selalu penting, khususnya bagi startup yang bergerak di bidang ritel offline. Sehingga, lokasi menjadi kunci kesuksesan bagi mereka. Mengingat lokasi yang baik adalah yang mampu menarik pelanggan secara otomotis. 

Misalnya, Rowland H. Macy, pendiri toko ritel Macy, membuka toko pertamanya di Massachusetts. Sayangnya, toko tersebut tidak berjalan mulus. Jadi, ia belajar dari kesalahan itu dan memindahkan bisnisnya ke Sixth Avenue di New York City. Ia pun berhasil dan mengakibatkan tokonya berkembang menjadi salah satu raksasa ritel di Amerika Serikat.

7. Mengabaikan firasat. 
Naluri seorang pengusaha itu penting. Ini mungkin yang agak sulit ditemui oleh startup. Jadi jangan abaikan firasat itu. Gunakanlah untuk mencapai keuntungan. Tapi pastikan gunakan firasat itu berdasarkan berbagai riset lapangan yang objektif, serta biasakan untuk mengembangkan bisnis berdasarkan penelitian.

8. Meluncurkan startup di saat yang tidak tepat. 
Ketika meluncurkan startup, ada situasi yang memang di luar kendali, seperti makro ekonomi dan bencana alam. Namun, ada situasi yang bisa kita manfaatkan, yaitu wakt. Pasalnya, kita dapat memilih waktu yang tepat untuk meluncurkan startup kita. Pastikan, startup Anda tidak memulai terlalu dini atau menunggu terlalu lama.

Sebab, peluncuran yang terlalu cepat cukup beresiko. Pikirkan terlebih dahulu apakah produk/layanan Anda benar-benar dibutuhkan oleh banyak orang dan apakah siap untuk dipasarkan. Setelah itu, barulah Anda memasarkan startup dan mulai untuk mencetak pendapatan. 

Di sisi lain, jangan menunggu terlalu lama. Pertama, uang akan cepat habis jika terlalu lama menunggu waktu peluncuran. Kedua, kompetitor bisa memasarkan produk yang sama lebih dulu. Maka itu, buat timeline yang sistematis dan terukur, kapan waktu yang tepat untuk meluncurkan suatu startup.

9. Salah melakukan proses rekrutmen.
Yakinlah bahwa perekrutan karyawan jangan dilakukan terlalu cepat. Sebab, itu akan menguras keuangan perusahaan. Bagian dari proses perekrutan yang penting adalah merekrut orang yang tepat.

Sayangnya, mencari talent tidak lah mudah. Sehingga, startup kerap memperkerjakan orang yang tidak tepat. Bahkan, tak jarang yang merekrut orang karena hubungan saudara dan pertemanan. 

Pastikan Anda memiliki orang-orang yang memenuhi syarat bekerja di perusahaan startup, yang salah satunya tidak gampang mengeluh. Anda juga harus memastikan agar semua proses perekrutan terdokumentasi. Jangan startup Anda dituntut oleh mantan karyawan karena Anda pernah memberikan iming-iming bonus yang besar tanpa adanya hitam di atas putih.

10. Terlalu banyak terpengaruh orang luar. 
Apakah itu saran atau kritik, umpan balik dari orang luar kadang-kadang memang membantu. Seperti Facebook yang mungkin tidak akan sebesar saat ini apabila Mark Zuckenberg tidak menerima saran dari Sean Parker untuk pindah ke California dan mengubah nama The Facebook menjadi Facebook.

Kendati demikian, terlalu banyak umpan balik juga dapat merugikan. Sepanjang perjalanan perusahaan, banyak orang akan memberikan saran dan masukan yang terbaik untuk bisnis Anda. Namun, jika semua saran orang itu diikuti, bisnis Anda tidak lagi memiliki kemiripan dengan ide originalnya. Terlalu banyak kepala yang memberikan saran menyulitkan Anda untuk berpikir bijak, sehingga sulit mengambil keputusan dengan mudah.

Meskipun Zuckerberg melakukan saran Parker, ia diam-diam terus melanjukan visi Facebook yang ia inginkan. Dia tidak mengambil setiap nasihat yang ditawarkan. Dia hanya menggunakan saran-saran yang ia yakini dapat membantu perusahaannya.

Jadi, apakah Anda pernah mengalami sepuluh masalah di atas saat membuat startup? Jika iya, waktunya untuk mengevaluasi kembali hal-hal yang dapat membuat usaha Anda terus gemilang. Selamat bekerja!
 
 
Editor: Eko Adiwaluyo

Related