Starbucks Bereksperimen dengan Experience Bar

marketeers article

Setelah melakukan peremajaan pada gerai-gerainya dengan konsep glocal (global, namun lokal), Starbucks perlahan mulai mengedukasi para konsumennya mengenai biji kopi. Hal ini tertuang dalam kehadiran gerai bertajuk Experience Bar di berbagai negara di dunia, termasuk di Indonesia.

Salah satu konsep tersebut dapat ditemui di gerai Starbucks Coffee Experience Bar Buah Batu, Bandung yang baru dibuka beberapa waktu lalu. Gerai Strabucks yang ke-270 ini menyajikan sebuah meja “bar” panjang yang fungsinya sebagai tempat para tamu belajar mengenai kopi, khususnya kopi hitam.

Yuti Resani, Marketing Communication & CSR Manager Starbucks Indonesia mengatakan, selama ini, masyarakat umum mengenal Starbucks dengan kopi-kopi seperti espresso, cappuccino, latte, dan frappuccino. Padahal, Starbucks secara konsisten memiliki varian black coffee terbaik dari seluruh dunia, termasuk dari pelbagai wilayah di Sumatera Utara dan Aceh.

“Kedai kopi berkembang di Indonesia, sehingga informasi mengenai kopi juga berkembang. Di Starbucks, kami menghadirkan banyak pilihan bagi para pecinta kopi,” ucap Yuti saat pembukaan kedai tersebut.

Sejak tahun 2014, Starbucks Indonesia telah menghadirkan konsep Starbucks Reserve, yang merupakan geri khusus yang menjual kopi terbaik varietas langka. Disebut Reserve, karena kopinya dipetik dan diolah secara khusus selain jumlahnya yang sangat terbatas. Lantas, apa beda Starbucks Experience Bar dengan Starbucks Reserve?

Yuti menjelaskan, perbedaan terletak pada biji kopi dan teknik menyeduh yang ditawarkan. Di Starbucks Experience Bar, kopi yang disajikan bukan lah kopi jenis Reserve. Di tempat tersebut pun tak memiliki mesin Clover, yang disebut-sebut mesin terbaik yang dimiliki Starbucks.

Sedangkan teknik penyeduhan kopi di Experience Bar jauh lebih lengkap, dari mulai teknik Chemex, Pour Over, hingga Siphon. Masing-masing teknik menghasilkan aroma dan rasa kopi yang berbeda-beda, meskipun berasal dari satu biji kopi yang sama.

“Konsumen bisa memilih teknik penyeduhan apa yang mereka inginkan, sekaligus bisa bertanya langsung kepada master barista tentang teknik tersebut,” terang Yuti.

Memuat sekitar 200 pengunjung, Starbucks Experience Bar Buah Batu merupakan gerai kelima yang mengadopsi konsep tersebut di Indonesia. Sebelumnya, konsep yang sama hadir di Starbucks Setiabudi One, PIK Avenue, Ambarukmo Plaza Yogyakarta, dan Medan City Center.

“Bisa dibilang, ini cara kami untuk mengedukasi konsumen mengenai kopi hitam, baik bagi yang sudah profesional, maupun yang masih mau coba-coba kopi tanpa gula ini,” kata Yuti lagi.

Visi Starbucks 

Starbucks Experience Bar memang menjadi satu “mandat” Starbucks Global untuk menjadikan kedai berlogo Siren ini terus berinovasi dalam hal produk dan pengalaman. Di berbagai negara, seperti di Belanda, konsep serupa disebut Starbucks Experience Lab.

Mandat tersebut semakin diperjelas ketika baru-baru ini, Starbucks akan membuka lebih banyak lagi konsep kopi high-end-nya, bertajuk Reserve Roastery & Tasting Room yang selama ini baru berada di kampung halaman Starbucks di Seattle, Amerika Serikat sejak tahun 2014 lalu.

Konsep di mana pengunjung seolah berada di museum kopi melihat proses pemilihan biji kopi, hingga proses penyanggerahan (roasting) ini, akan juga dibuka di Shanghai, Tokyo, dan New York City pada tahun 2018. Perusahaan yang berdiri sejak tahun 1971 ini juga berharap dapat membuka lima gerai Starbucks Reserve Roastery & Tasting Room yang berlokasi di lima negara Eropa mulai tahun depan.

Menurut keterangan perusahaan, Starbucks bakal meredefinisi konsep Reserve-nya yang tidak hanya menyediakan varian kopi langka, melainkan juga dilengkapi dengan pengalaman kuliner yang unik yang dibuat oleh Princi, perusahaan roti dan pizza asal Italia yang menjadi mitra baru Starbucks.

Dua pertama toko tersebut akan dibuka di Seattle dan Chicago pada tahun depan. Namun, seiring waktu, Starbucks berencana untuk membuka lebih dari 1.000 gerai yang sama di seluruh dunia.

Nah, untuk gerai-gerai reguler, Starbucks merejuvenasinya dengan konsep Experience Bar, dimana 20% dari total gerai tersebut akan diubah hingga tahun 2021. Dengan penambahan-penambahan ini, harga jual secangkir Starbucks ditakdirkan ikut terkerek. Sehingga memberikan margin yang lebih tinggi bagi Starbucks.

20161215_134149
Starbucks Experience Bar Buah Batu, Bandung

Akan tetapi, Mirza Luqman, Head of Barista Starbucks Indonesia mengatakan, harga yang disajikan di Experience Bar masih sama dengan harga rerata kopi hitam Starbucks di gerai-gerai reguler. Artinya, tidak ada kenaikan harga meskipun konsepnya sudah berbeda.

Mirza mengakui, saat konsep Reserve diboyong ke Tanah Air, ia agak khawatir masyarakat Indonesia yang biasanya menyerup kopi dengan gula dan susu dapat mudah menerima. Justru saat ini, yang ia lihat banyak dari para konsumennya berpindah dari peneguk kopi latte menjadi penikmat kopi hitam.

“Rata-rata penikmat black coffee di Starbucks berusia 25-40 tahun. Sedangkan usia belasan tahun masih mengganderungi frappuccino,” ujar Mirza, peraih Q-grader ini.

Dia meyakini, bisnis kopi hitam akan semakin seksi ketika semua orang sudah teredukasi mengenai aroma dan cita rasa yang berbeda-beda dari setiap biji kopi yang dihasilkan. Apalagi, sambungnya, kedai kopi independen dan lokal mulai menawarkan kopi hitam sebagai unique selling point.

“Saya sarankan bagi peminum kopi pemula, minumlah kopi hitam yang house blend, atau hasil racikan dari kedai kopi itu,” ucap Mirza yang sudah bekerja di Starbcuks Indonesia selama 13 tahun ini.

Yuti menambahkan, tahun depan, Starbucks Experience Bar akan mengadopsi gaya di Hong Kong, di mana ada dua area berbeda dalam satu gerai. Area pertama khusus menyajikan kopi hitam spesial, lengkap dengan berbagai metode penyeduhan yang dibuat oleh tangan master barista. Sedangkan area lainnya menyajikan kopi reguler Starbucks seperti yang kita sering lihat saat ini.

Di Bali, Starbucks juga akan mengahdirkan Starbucks Museum dimana pelanggan dapat melihat proses demi proses pemilihan biji kopi, penyanggrahan, hingga kopi tersaji di hadapan konsumen. Sayangnya Yuti enggan membocorkan lokasi persis Starbucks Museum tersebut.

Di tangan CEO baru-nya nanti yaitu Kevin Johnson (CEO Starbucks Howard Schultz mengundurkan diri dan menjadi Chairman per April 2017_red), Starbucks bakal memacu layanan digitalnya, seperti aplikasi mobile Starbucks yang mana menurut pengakuan perusahaan, 25% konsumennya telah menggunakan aplikasi tersebut saat memesan minuman.

Pada kuartal pertama tahun ini saja, ada sekira Rp 15,7 triliun dana keanggotaan konsumen yang tersimpan di dalam aplikasi tersebut. Di Indonesia, pihak Starbucks menargetkan aplikasi mobile-nya diunduh sebanyak dua juta kali baik di platform Andorid maupun iOS.

Editor: Sigit Kurniawan

Related