Strategi Eatigo Janjikan Tak Ada Kursi Kosong di Restoran

marketeers article

Industri kuliner Indonesia kian cerah. Agriculture and Agri-Food Canada melalui Market Access Secretariat Global Analysis Report menyebutkan, Indonesia merupakan pasar layanan makanan (foodservice) terbesar di antara seluruh negara ASEAN. Tak heran, deretan pemain restoran silih berganti mencoba peruntungan di pasar ini.

Di tengah kompetisi yang kian ketat tersebut, Eatigo hadir menawarkan diri menjadi platform penghubung pemilik restoran dengan para pecinta kuliner. Janjinya, mereka mampu meniadakan kursi kosong di tiap-tiap restoran. Lantas, apa diferensiasi dan kekuatan Eatigo dibandingkan pemain lain?

Ketika para pemain serupa mulai menggeser positioning mereka dari platform direktori dan pemesanan kursi restoran menjadi penyedia konten seputar kuliner, Eatigo terbilang cukup percaya diri mempertahankan positioning mereka. Eatigo mengaku masih fokus mengambil positioning sebatas platform reservasi restoran.

“Tiada hari tanpa diskon menjadi diferensiasi kami dari kompetitor lain. Pemain sejenis mungkin sekadar memberikan ruang bagi pengguna untuk memberikan review, namun kami menawarkan diskon setiap waktu. Reservasi tidak dapat dilakukan tanpa menggunakan diskon,” jelas Michael Cluzel, Co-founder & CEO Eatigo International di Jakarta, Selasa (22/01/2019).

Tak hanya itu, Eatigo mengaku tak memberi celah bagi pengguna untuk memberikan fake review.

“Di Eatigo, mereka yang memberikan review harus pelanggan yang telah melakukan reservasi melalui Eatigo dan telah datang ke restoran tersebut. Jadi, no fake review. Semua review yang masuk telah melalui konfirmasi restoran yang bersangkutan,” jelas Shintia Xu, Marketing manager Eatigo Indonesia.

Soal cara kerja, Michael mengaku Eatigo memanfaatkan manajemen hasil (yield management) melalui diskon berbasis waktu. Eatigo membantu restoran mengubah permintaan dan membentuk traffic pengunjung dengan cara memaksimalkan kapasitas dan meningkatkan profitabilitas mereka.

Terbuka Bagi UKM

Selain berupaya menjaga kualitas review, Shintia mengatakan Eatigo fokus menggarap restoran yang populer. “Positioning kami bukan memberikan restoran yang ternama namun harus restoran dengan kualitas bagis dan populer sehingga benar-benar layak direkomendasikan,” jelas Shintia.

Namun, Shintia mengatakan Eatigo tidak menutup pintu bagi pelaku Usaha Kecil dan Menengah  (UKM) yang ingin bergabung. “Selama kriteria restoran itu terpenuhi, Eatigo terbuka bagi pemain tersebut,” ujar Shintia.

Sejak hadir pada pertengahan Desember 2018 lalu, Eatigo sudah bekerjasama dengan lebih dari 250 restoran di Jabodetabek dan memiliki 100 ribu pengunggah.  Shintia menambahkan, Eatigo segera berekspansi ke sejumlah kota besar seperti Surabaya dan Medan dalam waktu dekat. Ia juga menargetkan dapat menyentuh 500 ribu pengguna dalam kurun waktu kurang dari enam bulan.

Editor: Sigit Kurniawan

Related