Sumpah Milenial Indonesia Singgung Satu Zona Waktu

profile photo reporter Marketeers
Marketeers
28 Oktober 2018
marketeers article

Hari ini, 28 Oktober 2018, milenial dari 34 provinsi Indonesia berkumpul di gedung Indonesia Menggugat di Bandung. Pada 1 Desember 1930, Soekarno membacakan pidato dalam sidang pengadilan yang diberi judul “Indonesia Menggugat”. Pidato tersebut dikenal sebagai salah satu tonggak sejarah perjuangan mewujudkan Indonesia Merdeka.

Di sisi lain, tepat 90 tahun yang lalu, para pemuda dari berbagai penjuru Indonesia dari Sabang sampai Merauke yang mewakili berbagai organisasi kepemudaan, sepakat untuk melakukan apa yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda Indonesia. Mereka sepakat untuk ber-Satu Nusa, ber-Satu Bangsa, ber-Satu Bahasa: Indonesia. Kesepakatan para pemuda tersebut, dan juga pidato Soekarno, merupakan contoh para pemuda masa tersebut membangun visi kedepan, yaitu negara Indonesia yang merdeka.

Setelah Indonesia merdeka, berbagai generasi dari berbagai latar-belakang organisasi punya visi yang berkembang sesuai tuntutan zaman. Indonesia Marketing Association (IMA) misalnya, yang didirikan pada tahun 1996, menginginkan Indonesia punya daya saing. IMA tidak sekadar merumuskan visi, tapi juga mengambil inisiatif besar pada tahun 2005.

Bersama-sama dengan berbagai asosiasi organisasi dan institusi, IMA melakukan kajian dan sosialisasi Indonesia Satu Zona Waktu sebagai upaya perwujudan visi negara moderen yang efisien sejak tahun 2005 hingga tahun 2014. Itu adalah sebuah inisiatif IMA yang diharapkan punya dampak besar pada upaya peningkatan daya saing bangsa. Dalam penerapannya bukan hanya pada perubahan proses bisnis, melainkan juga perubahan kebiasan sosial kemasyarakatan.

Khusus mengenai perubahan zona waktu, Indonesia sejak Merdeka pada tahun 1945 telah melakukan perubahan zona waktu tiga kali. Dua perubahan pertama dilakukan di masa Presiden Soekarno, tahun 1950 dan 1963, dan satu perubahan lainnya dilakukan di masa Presiden Soeharto pada tahun 1987. Upaya perubahan zona waktu yang terakhir bahkan meluas ke upaya penetapan satu zona waktu dikawasan ASEAN pada periode tahun 1995 – 1996.

Dengan kata lain, perubahan zona waktu yang berdampak luar biasa itu bukan merupakan suatu hal yang luar biasa. Selama tiga kali perubahan zona waktu, bisa dikatakan berlangsung dengan lancar. Begitu lancarnya prosesnya, sampai berita perubahan zona waktu di masa lalu tidak mendapatkan pemberitahuan yang luas.

Tentu saja perubahan zaman yang berbeda, seperti ketika setiap orang bebas mengeluarkan pendapat dan gampang mendapatkan informasi, menuntut pendekatan yang berbeda. Itu pula yang dilakukan IMA dari tahun 2005 – 2014. Dengan telaten, masukan dari berbagai komponen bangsa, berbagai asosiasi dan institusi dikumpulkan dan kemudian disosialisasikan kembali ke mereka.

Sayangnya, ketika semua pihak sudah mendekati kesepakatan untuk mewujudkan Indonesia Satu Zona Waktu, Indonesia menjelang pergantian kekuasaan. Situasi tersebut mendorong IMA untuk membekukan proses yang selama ini dilakukan terkait dengan kajian dan sosialisasi Indonesia Satu Zona Waktu. Visi pemerintah di tahun 2018 untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara maju di tahun 2030, menjadi momentum  bagi IMA untuk menghidupkan kembali kajian dan sosialisasi Indonesia Satu Zona Waktu.

Melalui Rakernasus di Solo pada 14 – 16 September 2018, seluruh cabang IMA memberikan mandat kepada pengurus IMA periode 2017 – 2019 untuk bukan hanya melakukan kajian dan sosialisasi Indonesia Satu Zona Waktu, tapi juga melibatkan komponen baru. Berdasarkan masukan dari milenial marketeers yang telah menjadi anggota IMA, IMA juga didorong melibatkan millenial Indonesia lainnya, termasuk yang belum bergabung dalam IMA.

Untuk menandai inisiatif baru IMA tersebut, President IMA 2017 – 2019 De Yong Adrian, bukan hanya membawa Pendiri dan President Pertama IMA Hermwan Kartajaya dan President IMA YW Junardy yang terlibat penuh dalam kajian dan sosialisasi Indonesia Satu Zona Waktu 2005 – 2014, tapi juga menghadirkan milenial yang merupakan wakil dari millenial 34 provinsi di Indonesia.

Milenial tersebut pada hari ini akan membacakan Sumpah Milenial Indonesia 4.0. Kenapa dinamakan Sumpah Milenial Indonesia 4.0? Selain menggambarkan kompatibelnya milenial Indonesia dengan Marketing 4.0, juga menggambarkan tekad Milenial Indonesia menghadapi era Industri 4.0.

Agar Sumpah Milenial Indonesia 4.0  bisa menjadi tonggak penting Milenial Indonesia, dipilih momen 90 tahun Sumpah Pemuda. Sehingga Sumpah Milenial Indonesia diharapkan punya acuan historis selain punya visi ke depan.

Related