Survei: Gen Z Lebih Sering Pakai GrabFood dalam Tiga Bulan Terakhir

marketeers article
Anonimous fast delivery food service at home. Man courier delivered the order no name bag with food.

Gen Z sebagai kohort yang lahir sekitar akhir tahun 1990-an hingga awal tahun 2010 tengah menjadi sorotan. Generasi yang merupakan “adik” dari generasi Milenial ini menjadi buah bibir dalam wacana sosial dan budaya selama ini. Dibanding kakaknya, generasi ini dinilai lebih “digital native”, namun lebih menahan diri, berperilaku baik, dan menghindari risiko.

Karakteristik generasi yang khas ini menarik banyak kalangan untuk menelitinya, termasuk di Indonesia. Menurut sensus Badan Pusat Statistik (BPS), Generasi Z merupakan segmen terbesar di Indonesia yang mencakup 27,94% dari total penduduk. Terbaru, lembaga penelitian Katadata Insight Center (KIC) mengeksplorasi preferensi mereka dalam layanan digital yang mencakup belanja online, layanan pesan-antar makanan (food delivery), dan layanan pengantaran sembako (online grocery) dalam survei yang dilakukan di Jabodetabek dan tujuh kota besar lainnya.

Survei tersebut mengungkapkan 50% Generasi Z memilih GrabFood sebagai penyedia layanan pesan-antar makanan yang paling sering mereka gunakan dalam tiga bulan terakhir, disusul GoFood (46%), ShopeeFood (3%), dan Maximfood (kurang dari1%).

Sebanyak 50% responden mengatakan mereka telah menggunakan layanan pengiriman makanan online. Alasan mereka menggunakan layanan ini cukup beragam, mulai dari alasan kepraktisan, tidak sempat memasak, dan bosan dengan makanan rumahan.

“Menariknya, survei menemukan bahwa 44% pengguna pengantaran makanan Gen Z adalah pengguna baru. Mereka baru mulai menggunakan layanan ini selama pandemic. Dan, 90% dari mereka menyatakan ingin untuk terus menggunakan layanan pengiriman makanan setelah pandemi,” kata Stevanny Limuria, Head of Research KIC dalam keterangan resminya.

Responden yang memilih GrabFood sebagai penyedia layanan pesan-antar pilihan mereka menyatakan bahwa kemudahan penggunaan aplikasi sebagai salah satu alasan utama. Faktor lain yang dipertimbangkan adalah metode pembayaran dan jenis pilihan makanan.

“Survei ini menyorot pola konsumsi layanan digital di kalangan Generasi Z. Kami fokus pada mereka karena mereka lahir dan besar di tengah era teknologi yang berkembang pesat, ketika lahirnya media sosial dan internet. Selain mewakili sebagian besar penduduk Indonesia, mereka juga memiliki daya beli yang cukup tinggi,” lanjut Stevanny.

Survei ini sendiri dilakukan secara online terhadap 1.146 responden antara 13-18 April 2021 dan melibatkan responden berusia 18-29 tahun dari Jabodetabek, Surabaya, Medan, Bandung, Makassar, Semarang, Denpasar, dan Yogyakarta. Sebanyak 82% responden berusia 18-26 tahun.

Pasar layanan pesan-antar ini memang menarik untuk diikuti. Pasalnya, nilai pasar atau Gross Merchandise Value (GMV) layanan pesan-antar makanan di Indonesia diprediksi mencapai US$ 3,7 miliar pada 2020. Angka ini menjadi yang tertinggi dibanding tetangganya, yakni Thailand (US$ 2,8 miliar), Singapura (US$ 2,4 miliar), Filipina (US$ 1,2 miliar), dan Malaysia US$ 1,1 miliar). Hasil ini didapat dari penelitian ventura asal Singapura, Momentum Works, yang meluncurkan hasil riset pada awal tahun ini. Dari riset ini, Grab menjadi pemimpin pangsa pasar dengan 53% di Indonesia.

“Selain kenaikan pengguna baru online shopping, food delivery, dan online grocery, survei ini menangkap keinginan para pengguna baru layanan digital untuk melanjutkan penggunaan layanan digital setelah pandemi berlalu,” tutup Stevanny.

Related

award
SPSAwArDS