Tahun Depan, Pasar Motor Melaju Meski Pelan

marketeers article
moped silhouettes on the white background

Tahun ini, bisa dikatakan bukan tahun yang menggembirakan untuk industri sepeda motor nasional. Lantaran terjadi penurunan volume penjualan sepeda motor bila dibandingkan dengan tahun 2015. Hal ini karena dampak dari pelemahan pertumbuhan ekonomi yang membuat daya beli masyarakat berkurang.

Selain itu, dampak penurunan di sektor tambang batubara juga menjadi salah satu penyebab turunnya penjualan motor. Permintaan sepeda motor di daerah-daerah yang merupakan penghasil batubara cukup menurun. Ditambah lagi, proyek infrastruktur di berbagai daerah belum berjalan dengan optimal, sehinga tidak menggerakkan perekonomian setempat.

Hingga Oktober tahun 2016, penjualan sepeda motor nasional ada di angka 4.922.598 unit.  Turun sekitar 9,2% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Tahun lalu, hingga Oktober penjualan sepeda motor nasional mencapai 5.424.073

Penurunan penjualan sepeda motor ini sudah terjadi dalam dua tahun belakang ini. Tahun 2014, penjualan sepeda motor mencapai 7.867.195 unit.  Sedangkan total penjualan motor nasional tahun 2015 mencapai 6.480.155 unit. Asumsinya, bila di kuartal IV tahun ini rata-rata penjualan motor per bulan di angka 500 ribu unit, maka diprediksi total penjualan motor tahun ini hanya di angka 6 juta unit. Jadi, tahun ini turun sekitar 8% dibanding tahun lalu.

“Memang, penjualan sepeda motor nasional turun tahun ini. Namun, kami tetap optimistis bahwa industri ini akan terus berkembang hingga 10 tahun mendatang. Apalagi, pemerintah terus mengeluarkan paket-paket kebijakan ekonomi untuk menstimulus pasar,” kata Gunadi Sindhuwinata, Ketua Umum Asosiasi Industri Sepedamotor Indonesia (AISI).

Penguasa pasar sepeda motor tahun ini hingga kuartal III masih tetap merek Honda. Merek ini meraup pangsa pasar hingga 73%. Selama periode Januari-Oktober, Honda menjual hingga 3.620.761 unit. Disusul oleh Yamaha yang menjual 1.168.499 unit. Posisi selanjutnya berturut-turut, Kawasaki 83.256 unit, Suzuki 48.457 unit, TVS 1.625 unit.

Meski pasar dalam negeri turun, Gunadi menyampaikan bahwa ekspor sepeda motor Indonesia mengalami kenaikan.  Hingga kuartal III-2016, ekspor sepeda motor mencapai 300 ribu, melesat 500% dibandingkan tahun lalu. Pasar utama tujuan ekspor adalah Jerman dan Filipina, dengan jenis motor yang paling banyak diekspor adalah skuter otomatik (skutik).

Artinya, pasar ekspor produk sepeda motor Indonesia baru sekitar 5% dari pasar dalam negeri. Melihat pertumbuhan pasar ekspor ini, Menteri Perindustrian Republik Indonesia Airlangga Hartarto mendorong para produsen sepeda motor Indonesia untuk meningkatkan porsi ekspor. Tidak tanggung-tanggung, Airlangga meminta persentase ekspor bisa naik hingga 20%.

“Kami masih memproyeksikan kenaikan sampai 1000% hingga tahun 2020. Performa lainnya yang membanggakan bagi Asosiasi Industri Sepeda motor Indonesia adalah kontribusi industri sepeda motor dan manufaktur yang mencapai 29% terhadap Produk Domestik Bruto nasional. Hal itu merupakan hasil yang dicapai secara bahu-membahu oleh para pelaku industri,” tambah Gunadi.

Gunadi menambahkan, tahun depan pasar sepeda motor nasional ada potensi lebih bergairah dibanding tahun ini. Meski begitu, kenaikannya mungkin tidak drastis alias masih flat saja. “Kami harapkan perekonomian bisa lebih baik dan memicu daya beli masyarakat. Dengan begitu, pasar sepeda motor bisa tumbuh lagi,” tambah Gunadi.

Untuk tahun depan, Margono Tanuwijaya, Direktur Pemasaran Astra Honda Motor (AHM) tetap optimistis bahwa pasar sepeda motor nasional bisa tumbuh. Meskipun pertumbuhannya tidak drastis alias tipis saja. Faktor penting yang mendukung  pasar sepeda motor nasional antara lain adalah proyek-proyek yang sedang dan akan dijalankan pemerintah.

“Pembangunan infrastruktur terus berlanjut, namun dampak ke pasar sepeda motor memang tidak bisa seketika. Dampak dari proyek-proyek tersebut bisa terasa untuk jangka menengah dan sangat bagus sekali untuk jangka panjang,” tambahnya.

 

* Pembahasan selengkapnya bisa dibaca di Majalah Marketeers Edisi Desember 2016-Januari 2017

    Related