Taiwan Menjelma Sebagai Silicon Valley dari Asia

marketeers article

Nama Taiwan sebagai negara pencetak startup memang baru santer terdengar belakangan ini. Lewat segambreng kebijakan, Pemerintah Taiwan mendukung penuh keberadaan startup di negeri beropulasi 22,8 juta jiwa itu. Bahkan, negeri ini bertekad menjadi Silicon Valley dari Asia.

Tekad itu bukan sembarang tekad. Sejak tahun 2014, Pemerintah Taiwan mendeklarasikan kehadiran Taiwan Silicon Valley Technology Fund yang berperan memberikan pendanaan kepada para technopreneur yang ingin mendirikan perusahaan rintisan.

Dr. Robert S.Q Lai, Presiden ICSB-Taiwan mengatakan, Taiwan mengalami perkembangan signifikan di bidang industri. Pada periode 1950-1980, Taiwan menjadi negara yang mengandalkan sektor ekspor-impor sebagai basis ekonominya.

Pada tahun 1990, Taiwan mulai membangun manufaktur sebagai basis produksi layaknya Tiongkok. Satu dasawarsa setelah itu, Taiwan menjelman menjadi negara yang memproduksi teknologi tingkat tinggi (hi-tech). Di situlah bermunculan merek-merek teknologi besar Taiwan seperti Asus, Acer, Foxconn, dan HTC.

Sejak  tahun 2010, Pemerintah Taiwan menggalakkan negaranya untuk menjadi pusat industri riset dan pengembangan teknologi kreatif, seperti bioteknologi, Internet of Things, gem, dan aplikasi mobile.

“Pada tahun 1980, ketika basis ekonomi Taiwan adalah manufaktur, jumlah startup hanya sekitar 30%,” kata Robert di acara 4th Asian SME Conference 2016 yang dihelat MarkPlus, Inc. di The Kasablanka, Rabu, (14/9/2016).

Ia menjelaskan, ketika Taiwan beralih dari ekonomi berbasis manufaktur menuju industri hi-tech, membuat pendirian perusahaan manufaktur mengalami perlambatan.

Di sisi lain, perusahaan hi-tech membutuhkan modal besar dan teknologi mumpuni. Sehingga, tak banyak perusahaan hi-tech muncul. “Hal ini membuat banyak pengusaha di Taiwan memilih membuat perusahaan jasa,” katanya.

Akan tetapi, keberadaan perusahaan hi-tech menciptakan peluang untuk mencetak technostartup. “Salah satu keunggulan startup Taiwan adalah sumber daya manusianya yang berpendidikan tinggi. Dan kita membangun teknologi kita sendiri,” ujar Robert.

Kini, landskap startup Taiwan cukup menggeliat. Aksi pendanaan dan merger & akuisisi (M&A) terus bermunculan di Taiwan. Contohnya, perusahaan internet yang bermarkas di Taipei, GMobi, tahun lalu mengakuisisi perusahaan iklan mobile asal Israel, MassiveImpact.

Begitu juga dengan Pinkoi, marketplace para desainer independen asal Taiwan, yang tahun lalu memperoleh pendanaan sebesar US$ 9 juta dari Sequoia India dan GMO Venture Jepang.

Keberadaan startup, kata Robert, perlahan-lahan meningkatkan konribusi UMKM pada PDB Taiwan. Apalagi, tahun lalu, jumlah UMKM di Taiwan mencapai 1,38 juta atau naik 2,29% dari tahun lalu. Jumlah itu mewakili 97,69% dari total perusahaan yang ada di Taiwan.

Terlebih, UMKM di Taiwan turut menyumbang 8,76 juta jiwa tenaga kerja atau 78,2% dari total jumlah pekerja aktif di negeri tersebut. Adapun nilai penjualan total seluruh UMKM di Taiwan mencapai US$ 372,5 miliar.

Editor: Sigit Kurniawan

Related