Tancap Gas Ekspor Industri Otomotif Nasional

marketeers article

Indonesia tengah berupaya meningkatkan kembali ekspor netto sebesar 10% dari Produk Domestik Bruto. Dan, salah satu sektor yang menjadi prioritas guna mewujudkan hal tersebut adalah industri otomotif. Sasarannya, Indonesia diharapkan menjadi basis produksi kendaraan bermotor baik Internal Combustion Engine (ICE) maupun Electrified Vehicle (EV) untuk pasar domestik maupun ekspor.

Kinerja positif sektor manufaktur Indonesia terlihat melalui Indeks Pembelian Manajer atau Purchasing Managers’ Index (PMI) dari hasil survei Nikkei, yang menunjukkan PMI Indonesia pada Agustus 2018 menyentuh level 51,9 atau melaju cepat dibanding capaian bulan Juli sebesar 50,5. PMI di atas level 50 menandakan sektor manufaktur tengah ekspansif.

Sejumlah perusahaan otomotif, seperti PT TMMIN yang sejak tahun 1987 telah berhasil melakukan ekspor kendaran dalam bentuk utuh atau Completely Built Up (CBU) sebanyak 1,4 juta unit. Keberhasilan ini juga ditandai dengan pencapaian target ekspor mobil CBU untuk pertamakalinya tahun 2018 menembus angka 200 ribu unit per tahun atau senilai sekitar USD3 miliar.

Kementerian Perindustrian mencatat, tren ekspor PT TMMIN untuk kendaraan CBU terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2016, ekspornya sebanyak 169 ribu unit atau senilai USD2,1 miliar, naik menjadi 199 ribu unit (USD2,6 miliar) pada tahun 2017.

“Ini menunjukkan geliat manufaktur kita sedang tumbuh dan kepercayaan diri pelaku industri kita sedang tinggi-tingginya,” UNGKAP Menteri perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Rabu (05/09/2018).

Kemampuan industri otomotif nasional saat ini juga kian kompetitif dan struktur manufaktur semakin dalam dengan didukung banyaknya industri komponen di dalam negeri. “Maka itu, hasil produksi Toyota di Indonesia mengandung tingkat kandungan lokal yang sangat tinggi, mencapai 75%-94%,” ujarnya.

Selain dalam bentuk CBU, PT TMMIN juga melakukan ekspor kendaraan bermotor dalam bentuk CKD, komponen, dan bahkan ekspor alat bantu produksi berupa die dan jig. “PT TMMIN terus meningkatkan kapasitas produksinya dan sampai saat ini telah mencapai 250 ribu unit kendaraan, 411 ribu unit mesin, dan 12.000 ton besi cor,” imbuhnya.

Namun untuk menancap gas industri otomotif nasional lebih kencang, diperlukan fasilitas insentif fiskal guna memacu produksi kendaran yang sesuai selera konsumen global. “Untuk itu, kami sedang mendorong peningkatan ekspor sedan dan mengambil peluang ke Australia,” tuturnya.

Selain itu, ia menambahkan tengah berupaya mendorong agar manufaktur-manufaktur otomotif di dalam negeri dapat merealisasikan pengembangan kendaraan rendah emisi atau Low Carbon Emission Vehicle (LCEV) yang telah kami programkan melalui sebuah roadmap yang jelas.

“Di dalam peta jalan tersebut, juga terdapat tahapan dan target dalam upaya pengembangan kendaraan berbasis energi listrik di Indonesia. Jadi, pada 2025, sekitar 20% dari kendaraan yang diproduksi di Indonesia adalah produk LCEV,” pungkasnya.

Hal ini menjadi penting, mengingat industri otomotif merupakan salah satu sektor padat karya karena mampu membuka lapangan kerja cukup banyak dengan penyerapan lebih dari 1,5 juta karyawan, yang terdistribusi pada berbagai sektor mulai dari industri perakitan, produsen komponen lapis pertama, kedua dan ketiga, sampai di bengkel resmi, salesservice dan suku cadang.

Editor: Sigit Kurniawan

Related