Tidak Semua Startup Mesti Didanai Modal Ventura

marketeers article

Perusahaan rintisan atau startup mulai tumbuh kembang di Indonesia. Keberadaannya dianggap sebagai salah satu langkah mempercepat pertumbuhan ekonomi negara dan menciptakan lapangan pekerjaan. Namun, tak semua startup berujung sukses. Faktor pendanaan pun lagi-lagi menjadi soal.

 

Sebenarnya ada banyak cara startup mendapatkan dana dari pihak ketiga, salah satunya melalui modal ventura. Biasanya, modal ventura memberikan pendanaan dalam empat putaran, mulai dari pendanaan tahap awal (seed funding), angel investor, seri A, dan seri B. Rentan pendanaan dari keempat putaran itu berkisar Rp  250 juta hingga Rp 80 miilar.

 

Dondi Hananto, Founder Kinara Indonesia mengatakan, yang terjadi saat ini adalah, supply permodalan lebih banyak dari pada demand. Artinya, jumlah modal yang dimiliki VC banyak belum terserap oleh para startup.

 

“Ini disebabkan karena banyak startup yang belum menarik minat modal ventura untuk berinvestasi di sana. Dalam kata lain, startup-nya belum meyakinkan,” tuturnya saat ditemui Marketeers di Shangri-La Hotel, Kamis, (25/3/2016).

 

Kondisi itu, sambung Dondi, menciptakan peluang bagi startup untuk meraih permodalan lebih cepat. Dengan supply yang banyak, startup memiliki posisi tawar yang tinggi kepada modal ventura. 

 

Sebagai salah satu pemain modal ventura di Indonesia, Dondi melihat bahwa semakin banyak modal ventura asing hadir di Tanah Air. Belum lagi dengan grup besar perusahaan dalam negeri yang membuat langkah serupa. 

 

“Itu menandakan, Indonesia pasar potensial bagi para modal ventura untuk berinvestasi dan mencari profit. Mana mungkin investor mau mengeluarkan uang, tanpa ada timbal balik yang menarik,” ungkapnya.

 

Dia juga bilang, tidak semua startup cocok menggunakan dana dari modal ventura. Ini kembali lagi kepada bisnis dari startup tersebut. Sebab, modal ventura biasanya menginginkan startup yang memiliki scalability tinggi. Artinya, return yang dihasilkan bisa berkali-kali lipat dari investasi yang diberikan.

 

“Jika modal ventura memberikan investasi US$ 1 juta, bisa gak dalam lima tahun, startup memberikan return hingga US$ 10 juta. Lagi-lagi, ada bisnis yang skala profitnya bisa sampai segitu. Namun, ada pula yang tidak,” ungkap co-Founder Comma ini.

 

Dondi melanjutkan, sampai saat ini, belum ada satu startup pun asal Indonesia yang bisa exit (menjual sahamnya ke publik atau perusahaan lain) dengan valuasi triliunan rupiah, layaknya Twitter, Snapchat, dan lain-lain.

 

Startup di Indonesia masih dalam tahap early stage. Maka itu, perlu dukungan multistakeholder, seperti modal ventura, pelaku bisnis, dan pemerintah untuk memajukan ekosistem startup,” ungkapnya.

 

Kinara sendiri berdiri pada tahun 2011 dan menjadi representasi modal ventura Unitus Impact yang berbasis di Amerika Serikar. Unitus Impact merupakan modal ventura yang khusus memberikan pendanaan kepada startup-startup yang menciptakan dampak sosial, selain keuntungan bisnis.

 

Adapun pendanaan yang diberikan Kinera berada di tahap awal antara US$ 500.000 hingga US$ 2.000.0000. Startup asal Indonesia yang telah didanai oleh Kinara antara lain Hellomotion, Tikshirt, dan Greenation Indonesia. 

 

Editor: Sigit Kurniawan

Related