Tiga Jenis Serangan Siber Jelang Pemilu

marketeers article
Hacker using laptop. Lots of digits on the computer screen.

Kepala Badan dan Sandi Negara (BSSN) Djoko Setiadi mengingatkan serangan siber menjelang pemilu sudah mulai terdeteksi. Lembaga pemerintah bertugas mengonsolidasikan semua unsur yang terkait dengan keamanan siber di Indonesia ini mengajak semua pihak berkontribusi untuk pencegahan dan penanggulangan ancaman dan serangan siber.

“Jenis ancaman yang sudah terdeteksi itu sangat teknis, yang pasti ancaman sudah mulai banyak bertaburan, berdatangan,” ungkap Djoko.

Direktur Deteksi Ancaman BSSN, Sulistyo, menjelaskan ancaman serangan siber menjelang pemilihan Presiden dan legislatif datang dari dalam dan luar negeri. Salah satu yang paling berbahaya adalah upaya menargetkan institusi penyelenggara seperti Komisi Pemilihan Umum (KPU).

“Yang utama itu hack, leak, and amplify. Yang pertama itu melakukan proses hacking. Banyak cara teknik yang digunakan untuk ganggu infrastruktur cyber pemilu. Misalnya, sistem IT-nya diganggu, lalu ada serangan DdOS,” ujar Sulistyo.

Ia menambahkan, proses leak  berkaitan dengan pembocoran informasi. Menurutnya, proses ini biasanya micro targeting. Misalnya, menargetkan data peserta (konstituen Pemilu). Ada informasi pribadi yang sifatnya pribadi dicuri.

Sulistyo menambahkan, amplify adalah proses bagaimana proses memperluas atau menyebarluaskan informasi yang dibocorkan tersebut.

Salah satu serangan siber yang pernah mencuat adalah peretasan menggunakan Distributed Denial of Service atau populer dikenal dengan DDoS, yang pernah melumpuhkan situs KPU. Teknik serangan ini membanjiri situsweb dengan permintaan (request) tinggi pada saat bersamaan sehingga mengakibatkan server menjadi down.

Editor: Sigit Kurniawan

    Related