Tiga Paradoks Gaya Hidup Urban

marketeers article
Sumber: http://www.adoramusart.com/artist/Budi_Ubrux_Happy_Tea_Time_150x203_2008_Oil_on_canvas.JPG (dengan sudah mengalami resizing)

Hidup di perkotaan memang dipenuhi oleh aneka paradoks. Dalam tulisan pertama berjudul “Selamat Datang Kembali Jakartaensis!” diungkapkan beberapa paradoks yang dialami oleh warga Jakarta. Jakarta dengan segala kemegahan sekaligus masalah dan problematikanya tetap “diburu” oleh banyak orang. Jakarta tetap menjadi magnet yang menarik semakin banyak orang daerah. Hal ini nampak setiap kali usai Lebaran.

Memang tidak disangkal bahwa sekarang ini urbanisasi telah terjadi secara besar-besaran. Jumlah kaum urban semakin meningkat. Secara positif, ini menandakan pertumbuhan ekonomi nasional yang positif. Fenomena meningkatnya kaum urban ini juga ditangkap oleh MarkPlus Insight dalam penelitiannya di 11 kota pada tahun 2011 ini.

Ada tiga paradoks gaya hidup urban yang dirumuskan oleh MarkPlus Insight yang bisa menjadi bahan pertimbangan para pemasar.  Pertama, kaum urban itu hedonis sekaligus spiritualis. Bisa dimaklumi, kota senantiasa mendorong daya konsumtif warganya mengingat di sana aneka produk ada dengan segala tawarannya. Namun, orang kota juga dikenal spiritualis. Kegiatan keagamaan tetap dihidupi, bahkan pada taraf ekstremnya, bisa cenderung fundamentalis.

Kedua, kaum urban dikenal individualis. Namun, di sisi lain, juga komunalis. Kaum urban juga senang dengan komunitas-komunitasnya. Internet dengan media sosialnya mengambil bagian dari peran berkomunitas ini.

Ketiga, kaum urban itu rasionalis. Mereka banyak melakukan pertimbangan dan kalkulasi. Mereka juga tidak gampang percaya. Sementara itu, kaum urban juga emosional. Mudah terpengaruh, terpancing, reaktif, dan larut dalam tren.

Dalam bingkai ketiga paradoks ini, pemasar bisa mengenal pelanggannya dengan lebih baik. Alasannya, dalam ketegangan paradoks tadi, pemasar bisa menemukan apa yang disebut dengan anxieties and desires mereka.  Sebagai tambahan, pada tulisan yang lain berjudul “13 Paradoks di Masyarakat New Wave“, pemasar juga bisa belajar bahwa di dunia serba terhubung berkat internet ini, masyarakat juga mengalami aneka paradoks. Pada dasarnya, paradoks-paradoks ini menandaskan bahwa dalam melihat pelanggan, pemasar tidak bisa memakai kacamata hitam putih!

Related