Tiga Senjata Pamungkas Pariwisata Indonesia di Tahun Ini

marketeers article

Sektor pariwisata ditargetkan menjadi penyumbang devisa terbesar di Indonesia, yakni mencapai US$20miliar di tahun ini. Jumlah kunjungan Wisatawan Nasional (wisman) dicanangkan pemerintah bisa menembus 20 juta kunjungan. Kementerian Pariwisata (kemenpar) pun telah mempersiapkan tiga senjata pamungkas untuk mencapai target ini. Apa saja?

Tahun ini, Kemenpar mengkategorikan strategi pemasaran pariwisata mereka ke dalam tiga bentuk, meliputi Ordinary Efforts (branding, advertising, selling), Extra Ordinary Efforts (insentif akses, hot deals, CDM), dan Super Extra Ordinaty Efforts (border tourism, tourism hub, low cost terminal).

“Untuk ordinary efforts, kami lakukan branding, advertising, dan selling dari tiap-tiap destinasi pariwisata sesuai dengan karakter dari masing-masing target pasar. Sementara extra ordinary efforts kami berikan melalui insentif akses di mana kami banyak menggandeng maskapai penerbangan. Pasalnya, 85% wisatawan yang mengunjungi Indonesia menggunakan maskapai penerbangan,” ungkap Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I, Kementerian Pariwisata Rizki Handayani Mustafa di Jakarta, Rabu (13/03/2019).

Ia menegaskan, tanpa adanya penerbangan ataupun frekuensi baru maka target 20 juta wisman  tidak akan tercapai. Untuk itu, besaran budget untuk insentif disalurkan ke sini. Selain insentif, Kemenpar juga menyiapkan hot deals khusus untuk Kepulauan Riau dengan membuat program berbasis idle capacity.

Terakhir, Kemenpar tak melupakan CDM (Competing, Destination, Model) untuk membidik para target pasar sejak awal mereka melakukan pencarian di internet. Nantinya, setiap iklan yang terkait dengan peta pencarian mereka akan mengikuti dan menawarkan berbagai paket wisata menarik.

Tak hanya itu, border tourism menjadi senjata yang turut digunakan Kemenpar tahun ini. Rizki menerangkan, wilayah border ini meliputi Kepulauan Riau, Dumai, Nusa Tenggara Timur, dan Papua. “Kami harapkan, strategi ini dapat mengembangkan ekonomi masyarakat di wilayah perbatasan negara,” ujar Rizki.

Tourism hub juga dilihat sebagai strategi yang potensial untuk menarik lebih banyak wisatawan. Belajar dari wisman India, Rizki menceritakan hampir 400 ribu turis India datang ke Indonesia. Namun, 80% dari mereka melakukan penerbangan dari India menuju Singapura, kemudian ke Indonesia.

“Mereka hanya transit satu hingga dua jam. Di Changi, ada sekitar 60 juta wisman, bukan hanya India, yang transit dan ini menjadi peluang yang bisa kita raih untuk pariwisata Indonesia,” kata Rizki.

Terakhir, low cost terminal juga akan dikembangkan. Mengambil contoh dari Malaysia dengan layanan low cost terminal-nya, Kemenpar mendorong Angkasa Pura untuk membangun low cost carrier di Terminal Dua Soekarno Hatta.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related