Keamanan Siber Penting Untuk Transformasi Digital

marketeers article
Multi-ethnic businessmen holding laptops in police line up

Perkembangan teknologi digital yang pesat selalu diikuti kemunculan ancaman baru di dunia siber. Ancaman keamanan di dunia siber terus beradaptasi dan berevolusi seiring perkembangan pesat teknologi digital.

Menurut data International Data Corporation (IDC), mayoritas perusahaan di ASEAN termasuk Indonesia masih fokus dalam keamanan operasional dasar, belum di level pengelolaan yang baik dan teroptimalkan. Dalam mengelola keamanan siber, sekitar 69,4% perusahaan di ASEAN terutama Indonesia masih dalam tahap adhoc, hanya 0,2% perusahaan yang sudah mencapai tahap optimal. Padahal, ancaman keamanan siber makin berkembang dan meluas secara cepat.

Sepanjang 2018, ancaman keamanan siber terbesar terutama berasal dari empat hal. Pertama, malware, penjahat siber menggunakan penambang koin untuk mencuri kekuatan pemrosesan komputer dan penggunaan CPU cloud dari konsumen untuk menambang mata uang kripto. Kedua, supply chain attack, peningkatan serangan siber yang menyuntikkan implan malware ke dalam rantai pasokan untuk menyusup ke organisasi yang tidak terproteksi, dengan persentase peningkatan sebesar 200%. Ketiga, ransomware, jumlah varian ransomware meningkat sebesar 46 persen, menunjukkan kelompok kriminal yang mapan masih cukup produktif. Keempat, mobile. Sementara ancaman siber meningkat, masalah ini diperparah oleh penggunaan sistem operasi yang lebih lama secara berkelanjutan.

“Hampir 40% dari perusahaan global menilai teknik deteksi lanjutan (advanced detection technique) sebagai cara paling efektif untuk mendeteksi ancaman keamanan siber,” ujar Mevira Munindra, Senior Research Manager for Consulting and Head of Operations at International Data Corporation (IDC) Indonesia.

Penilaian keamanan siber secara berkala dapat membantu perusahaan menggali jauh ke dalam langkah pertahanan maya dan menentukan apakah keamanan telah dilanggar atau dikompromikan. Selain itu, ini akan membuat perusahaan tetap berada di atas risiko keamanan terbaru, dan tahu cara mengamankan sistem, data, dan jaringan, serta menempatkan perlindungan di tempat sebelumnya.

Agus F Abdillah, Chief Product and Synergy Officer Telkomtelstra, menambahkan Telkomtelstra Managed Security Services saat ini menghadirkan security assessment terhadap IT infrastructure perusahaan sesuai dengan kebutuhan mulai security check up, penetration testing, vulnerability assessment, hingga cloud risk assessment.

“Pemilihan teknologi atau solusi keamanan siber yang salah bisa berdampak besar, baik pemborosan sumber daya dan sistem atau jaringan perusahaan masih rentan,” ujarnya.

Melengkapi layanan managed security yang sudah diluncurkan ke pasar seperti NG Firewall, Firewall on Azure and Azure Stack, Email Protection dan Web protection,  telkomtelstra siap memenuhi kebutuhan security intelligence, dengan memanfaatkan Telkom Security Operation Center (TSOC).

Editor: Sigit Kurniawan

Related