Trump Melawan Tren Global?

marketeers article
70270841 image of question marks and trump effect word on the blackboard. symbolizing uncertainty of trump effect as a president

Donald Trump memang fenomenal. Sejak masa kampanye pun banyak pro-kontra yang pengusaha kondang ini hasilkan. Bahkan, candaan dari banyak netizen yang menyebutkan bahwa Trump jadi satu-satunya pria yang mampu memenangi ‘debat’ dengan wanita. Presiden Amerika Serikat (AS) yang baru dilantik ini pun kembali membuat lini masa ramai terkait penandatanganan  dua dokumen soal keamanan perbatasan dan soal keamanan publik di dalam AS.

Dua kebijakan yang dibuatnya itu terlihat menentang arus yang sedang terjadi secara global. Seperti yang dikutip dari CNN, Trump berkonsentrasi untuk mencegah masuknya imigran ilegal ke negaranya. Sebut saja soal pembuatan tembok pembatas antara Amerika dengan Meksiko.

Menurutnya, AS harus membangun tembok sepanjang 3.200 kilometer untuk menghentikan laju imigran ilegal dari Amerika Latin. Trump sebelumnya juga mengancam akan menghapus kesepakatan perdagangan internasional untuk melindungi lapangan pekerjaan Amerika Serikat. Presiden Meksiko Enerique Pena Nieto pun sangat menyayangkan keputusan Trump itu.

Trump pun telah menandatangani keputusan kontroversial mengenai pengungsi dan para pengunjung dari negara-negara mayoritas muslim. Perintah ini membatasi masuknya pengunjung dari Suriah, Iran, Irak, Libya, Somalia, Sudan, dan Yaman. Disebutkan bahwa selama setidaknya 90 hari ini, pemerintah AS akan membatasi pemberian visa bagi warga dari Suriah dan enam negara tersebut.

Masih dikutip dari CNN, Trump telah menandatangani memo untuk menarik diri dari kesepakatan dagang Kemitraan Trans-Pacific (TPP). Kesepakatan ini adalah unggulan presiden sebelumnya, Barack Obama.

Apakah keputusan Trump ini tepat?

Jika melihat tren global, banyak negara yang membuat kesepakatan untuk membuka batas antarnegara. Dunia yang semakin borderless pun banyak diupayakan oleh pemimpin dunia dengan berbagai perjanjian, termasuk soal perdagangan.

Namun berkebalikan, AS justru menebar sinyal ingin menutup diri di tengah globalisasi. Jika dilihat, Trump ingin memosisikan Amerika di atas negara lain yang bisa bertindak sesuka hati mereka. Amerika memang negara besar dengan perekonomian yang kuat. Trump pun terlihat ingin melindungi warga dan negaranya.

Namun ingat, dunia kini sudah semakin horizontal, inklusif, dan sosial. Amerika mungkin bisa berdiri sendiri, namun sampai kapan bisa bertahan? Hal ini sangat mungkin akan mengubah citra Amerika dan bukan tidak mungkin negara-negara lain enggan melanjutkan hubungannya dengan Amerika.

Memang, tidak bisa dikatakan buruk juga. Jika menengok ke beberapa dekade lalu, ketika China menutup negaranya  dari dunia luar. Selama masa tersebut pun China mempersiapkan infrastruktur dasar mereka‎ dan menjadikan warganya semakin mandiri. Begitu mereka buka diri lagi, mereka pun menjadi salah satu negara paling berpengaruh di dunia.

Hanya saja, sekarang ini, pakar pemasaran Hermawan Kartajaya,  menyebut bahwa United States of America kini ‘berubah’ menjadi Divided States of America. Menurutnya, baru seminggu di White House, Donald Trump sudah bikin bingung Amerika juga dunia dengan caranya dalam memenuhi janji-janji kampanyenya. Apa yang akan Trump lakukan selanjutnya?

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related