Turis Eropa Habiskan Rp35 Juta Sekali Kunjungan ke Indonesia

marketeers article
39085996 honeymoon couple near the balinese temple at beratan lake, bali

Indonesia lewat Kementerian Pariwisata terus menggenjot jumlah turis asing ke Tanah Air. Tahun lalu sebanyak 10 juta wisatawan mancanegara (wisman) datang ke Indonesia. Lewat pencapaian tersebut pemerintah yakin sampai 2016 tutup buku jumlah wisman bisa mencapai 12 juta orang.

Selain memang karena banyak destinasi wisata di Indonesia punya potensi untuk menarik wisman dari berbagai negara, jumlah 12 juta sendiri masih kalah dibanding negara tetangga di Asia Tenggara seperti Malaysia dan Thailand, yang bisa mencapai dua sampai tiga kali lipat Indonesia. Tapi tentu saja kehadiran para wisman salah satunya adalah bisa mendorong perekonomian dari sektor pariwisata.

“Rata-rata wisman menghabiskan uang sekali kunjungannya mencapai US$1.200 atau hampir Rp17 juta per orang. Mayoritas sekarang yang jumlah kunjungannya terus meningkat itu Tiongkok dan Jepang, sementara negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura konstan mengunjungi Indonesia. Wisatawan negara barat itu tidak sebesar negara-negara Asia Pasifik sebenarnya, tapi secara ekonomi mereka menghabiskan US$2.500 per kunjungan per orang. Besar sekali,” ujar Asisten Deputi Pengembangan Pasar Eropa, Timur Tengah, Amerika dan Afrika Kementerian Pariwisata Nia Niscaya di ajang MarkPlus Conference minggu lalu di Jakarta.

Pasalnya dengan jarak begitu jauh, wisman asal Eropa tidak segan-segan untuk tinggal lebih lama dari wisman negara tetangga Indonesia. Keberadaan mereka di berbagai destinasi di Tanah Air bisa sampai dua bulan. Pengeluaran besar ini tentu saja dapat menghidupkan perekonomian di wilayah destinasi dan sekitarnya.

Maka tidak heran Kementerian Pariwisata terus membuat berbagai target kebijakan agar para wisman yang bertahan lama di Indonesia bisa dipenuhi kebutuhannya selama di sini. Salah satunya adalah dengan pembangunan sebanyak 100 ribu homestay. Menurut Nia walau sekarang banyak hotel kelas C mulai banyak dibangun, pembangunannya memakan waktu jauh lebih lama. “Mau menunggu sampai kapan,” sambungnya.

Ambisi Kemenpar rupanya bak gayung bersambut oleh AiryRooms. Startup yang baru didirikan tahun lalu tersebut merupakan aplikasi digital untuk pemesanan hotel dengan harga miring. Alasannya karena AiryRooms tidak menghadirkan menu pilihan hotel berbintang kelas atas dalam daftarnya, justru hanya menampilkan hotel-hotel kelas budget dan sejenis homestay.

“Misi kami meningkatkan standar budget hotel. Sekarang orang pesan hotel tidak lagi manual, tapi digital. Di situlah kami bantu lewat aplikasi pemesanan. Selain itu kami coba membantu meningkatkan kualitas mereka dengan berbagai akomodasi dibutuhkan sehingga hotel-hotel berharga miring terlihat lebih berkelas. Kami tidak berbicara soal hotel bagus, tapi kami mengedepankan destinasi tujuan wisata dalam marketing-nya,” ujar Director and Founder AiryRooms Alvin Kumarga.

Selama ini memang hotel-hotel budget khususnya lokal tidak menjadi pilihan utama wisatawan untuk menginap. Rata-rata mereka lebih memilih hotel yang sudah memiliki nama bagus. Padahal secara kualitas belum tentu hotel punya nama punya service memuaskan, bahkan kadang hotel lokal memiliki layanan hotel di atas hotel punya nama.

Padahal menurut survei mereka, wisatawan hanya menghabiskan sekitar 25% budget mereka untuk menginap. Itu artinya hotel budget terutama lokal seharusnya bisa menjadi pilihan. Namun selain nama besar, wisatawan berpikir dua kali untuk menginap di hotel lokal. Salah satu kendala adalah secara operasional pengalaman hotel-hotel kecil tersebut belum memadai. “Secara operasional kurang efisien,” ungkap Alvin lagi.

Kini dengan semakin moncernya bisnis pariwisata dan target wisman tahun 2017 sebanyak 15 juta orang, seiringan dengan target jumlah homestay Kemenpar, AiryRooms ingin terus mendorong kehadiran mereka di berbagai pelosok Nusantara. Artinya ambisi mereka sejalan dengan kebutuhan akan penginapan wisatawan. Sampai kini mereka sudah hadir di 800 properti hotel di 38 kota di Indonesia, mulai dari Jakarta sampai destinasi populer seperti Bali.

    Related