Uang Membuat Anda Bahagia Asalkan Membeli Pengalaman

marketeers article

Tidak ada satupun orang di dunia ini yang ingin menderita. Setiap hari, Anda pasti berdoa untuk hal-hal baik agar itu terjadi dalam hidup Anda. Namun, terkadang kita salah dalam mengejar kebahagiaan yang sesungguhnya dan malah mengejar kesenangan-kesenangan kecil yang hanya bersifat sementara.

Matthieu Richard, seorang penulis yang terkenal dengan bukunya The Happiest Person in the World mengungkapkan pengertian dari kebahagiaan sebagai suatu kepuasan yang timbul dari dalam diri sendiri, bukan pemuasan keinginan terhadap segala sesuatu yang bersifat lahiriah.

Sementara, kesenangan dalam hidup sifatnya hanya sementara dan datang dari faktor-faktor eksternal di luar diri kita – makanan yang enak, memiliki gadget terbaru, harga saham yang terus meningkat, dsb. 

Tidak ada yang salah dengan “merayakan” hidup dengan kesenangan-kesenangan seperti membeli gadget atau mobil baru. Akan tetapi, manusia harus menyadari bahwa kesenangan-kesenangan tersebut sangat tergantung pada keadaan dan pada waktu tertentu.

Saat ini, gadget yang Anda beli mungkin adalah yang paling canggih. Tapi, coba tunggu dua atau bahkan satu tahun yang akan datang. Gadget Anda mungkin sudah dikalahkan oleh gadget baru lainnya yang lebih canggih. Saat itu, apakah kesenangan yang Anda rasakan masih sama dengan saat Anda pertama kali membeli dan memiliki gadget tersebut?

Money Can Buy You Happiness

Setelah mengetahui perbedaan antara kesenangan dan kebahagiaan, kita kembali pada pertanyaan kita di awal: Apakah uang bisa membeli kebahagiaan?

Bukan hanya Anda yang penasaran dengan jawaban dari pertanyaan ini, beberapa peneliti sudah pernah melakukan studi untuk menjawab pertanyaan tersebut. Kesimpulannya, yes, money can buy you happiness, but it buys less than you think.

Dengan uang, Anda bisa memiliki barang-barang bagus, pakaian mahal yang sesuai dengan tren masa kini, membeli obat dan vitamin yang diperlukan agar hidup sehat, maupun membayar orang untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang menyita waktu seperti membersihkan rumah dan sebagainya. Tetapi ternyata itu semua tidak cukup untuk membuat seseorang bahagia. Seolah-olah uang hanya membelikan Anda kesenangan hidup, bukan kebahagiaan.

Apa sebabnya uang hanya memberikan efek kesenangan, bukan kebahagiaan? Menurut penelitian yang dilakukan Aknin, Norton, dan Dunn, penyebab uang tidak memberikan efek kebahagiaan yang maksimal adalah karena orang tidak menggunakan uang tersebut dengan benar.

Kebanyakan orang tidak benar-benar paham mengenai perbedaan antara kesenangan dan kebahagiaan sesungguhnya sehingga mereka cenderung menggunakan uang hanya untuk membeli kesenangan.

Elizabeth Dunn, seorang profesor psikologi dari University of British Columbia, dan Michael Norton, seorang profesor pemasaran di Harvard Business School, telah menulis sebuah buku yang berjudul Happy Money: The Science of Smarter Spending.

Dalam buku itu, mereka mengatakan, uang memiliki kemampuan untuk membeli kebahagiaan. Namun, yang terpenting bukan berapa banyak uang dimiliki, melainkan bagaimana uang itu dihabiskan.

Belilah Pengalaman

Sekelompok psikolog membuktikan hal tersebut dengan melakukan penelitian kepada beberapa orang dengan cara meminta orang-orang tersebut untuk melakukan perjalanan bersepeda di California.

Di antara orang-orang yang bersepeda tersebut, para peneliti menemukan bahwa bahkan orang-orang yang merasakan pengalaman buruk saat bersepeda – seperti kehujanan atau cedera ringan karena terjatuh – tetap menyimpulkan bahwa secara keseluruhan perjalanan bersepeda tersebut membuat mereka merasa bahagia dan mereka menikmatinya.

Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman – meskipun tidak selalu sempurna – akan tetap memiliki sisi positif yang dapat membuat Anda merasa bahagia saat mengingatnya.

Sebaliknya, jika Anda membeli sebuah barang yang mengecewakan, seperti sepatu yang terasa sakit saat dikenakan atau celana jeans yang ternyata ukurannya tidak pas, Anda akan terus dihantui perasaan tidak puas.

Anda sudah membuat keputusan yang salah saat membeli barang tersebut. Sepatu yang Anda beli akan terus terasa sakit saat digunakan. Namun tidak demikian halnya dengan pengalaman.

Lantas, tergodakah Anda untuk membeli pengalaman?

Related