Enam Taktik Pertamina Raup Keuntungan

marketeers article

Pasar besar Indonesia menjadi incaran banyak perusahaan asing. Perusahaan-perusahaan milik negara perlu saling bergandeng tangan. Tapi, inovasi juga tidak kalah penting agar tetap bertahan dan menguntungkan. Hal inilah yang menjadi perhatian Pertamina, BUMN terbesar di Indonesia.

Di sisi lain, Pertamina pun dihadapkan oleh produknya yang disubsidi oleh pemerintah untuk masyarakat, seperti Premium. Produk subsidi ini dinilai kurang menguntungkan, Pertamina pun bertindak dengan pendekatan marketing yang beda dari sebelumnya.

“Beberapa tahun belakangan kami menerapkan pendekatan profit marketing. Kami pun mengubah dari memasarkan produk subsidi jadi memasarkan produk yang mendatangkan keuntungan,” jelas Ahmad Bambang, Direktur Pemasaran Pertamina pada acara ASEAN Marketing Summit 2016 di The Kasablanka, Jakarta, Kamis (15/09/2016)

Mengenai pendekatan ini, Pertamina melakukan enam taktik untuk mendatangkan keuntungan di dalam bisnisnya. Enam taktik tersebut meliputi, efisiensi biaya, mengurangi risiko eksternal, merancang strategi pricing baru, melakukan inovasi produk, transformasi budaya perusahaan, hingga masuk ke level yang lebih tinggi, yakni memasuki pasar luar negeri.

Salah satu kesuksesannya bisa dilihat dari hadirnya Pertalite yang bisa menggeser besarnya konsumsi Premium. Hal tersebut bisa dilihat dari porsi penjualan premium pada Januari 2015 yang menguasai 86,8% dari seluruh produk bahan bakar Pertamina, menurun jadi 68,7% pada Juli 2016.

Menariknya, bukan hanya Pertalite saja yang meningkat penjualannya, sang kakak Pertamax juga meningkat. Pertalite yang membukukan pangsa pasar 4,2% di jajaran produk Pertamina pada Januari 2016, tumbuh jadi 15,8%. Sementara Pertamax tumbuh dari 8,4% menjadi 14,8% pada periode yang sama.

Dengan menerapkan konsep di atas, pendapatan bersih Pertamina pun tumbuh 221% (Semester 1 2015 – Semester 1 2016). Pencapaian ini lebih membanggakan karena didapat ketika perusahaan lain di industri oil & gas, seperti Shell, Petronas, dan Exxon tidak mampu tumbuh positif.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related