Upaya Tiongkok Raih Kepercayaan Pekerja Indonesia

marketeers article

Di wilayah Morowali, Sulawesi Tengah, sedang dibangun megaproyek kawasan industri Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP). Kawasan industri Morowali ini dibangun dan dikelola oleh PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), perusahaan patungan antara Shanghai Decent Investment (Group) Co.,Ltd. dan PT Bintangdelapan Group.

Berada pada area seluas 1.300 hektare, pembangunan kawasan industri baru ini membutuhkan dana investasi sebesar Rp 78 triliun. Kawasan industri ini menandakan investasi terbesar yang pernah ditanamkan perusahan Tiongkok ke Indonesia.

Sebelum kehadiran IMIP, kawasan industri yang berlokasi di Bohodopi, Morowali, ini masih sangat kekurangan dari segi infrastruktur dasar. Bahkan, ketersediaan listrik saja tidak ada. Bohodopi adalah sebuah desa nelayan yang hanya ditempati ratusan penduduk saja.

“Ketika kami memutuskan untuk melakukan penambangan, sejak awal kami fokus berkoordinasi dengan masyarakat setempat,” ujar Du Gui, Chief Representative Shanghai Decent Investment Co.,Ltd.. IMIP menyediakan pasokan listrik secara gratis kepada masyarakat setempat, ditambah dengan pembangunan layanan kesehatan dan pembangunan gereja.

Seiring berjalannya pembangunan kawasan industri ini, taraf hidup dan roda perekonomian di Bohodopi juga meningkat. Industri pendukung seperti perbankan, bengkel sepeda motor, diler motor, penginapan juga turut hadir.

“Kami harus menyelesaikan pembangunan fasilitas pendukung. Bukan hanya yang mendukung produksi, tapi juga fasilitas pendukung lainnya. Karena di masa depan, kawasan ini akan menjadi kota industri di Sulawesi. Tentu saja akan membutuhkan fasilitas yang kompeherensif,” tambah Du Gui.

Kehadiran IMIP tentunya akan menyediakan puluhan ribu lapangan pekerjaan baru. Terlebih ketika semua industri baik hulu dan hilir dibuka, kebutuhan pekerja akan terus bertambah. Memang, banyak yang khawatir bahwa kehadiran proyek investasi terbesar asal Tiongkok itu akan membuat masuknya para pekerja asal Negeri Panda itu ke Indonesia. Namun, hal itu ditepis oleh Du Gui.

“Kami punya prinsip bila posisi tersebut bisa diisi orang Indonesia, ya, tidak perlu mempekerjakan orang Tiongkok. Manajemen kami juga banyak diisi pekerja asal Indonesia, beberapa di antaranya menempati posisi penting. Kami juga melatih para pekerja lokal untuk bisa memegang posisi-posisi tertentu. Intinya, membangun dan meraih rasa percaya dari para pekerja asal Indonesia,” tegas Du Gui.

Editor: Sigit Kurniawan

 

Related