Usai Kampanye #PINKVOICE Rampung, Apa Yang Dilakukan Starbucks?

marketeers article

Bulan Oktober lalu, Starbucks Indonesia meramaikan dunia digital dengan kampanye #PINKVOICE. Bekerjasama dengan organisasi nonprofit Lovepink, Starbucks menggalakkan edukasi dini kanker payudara di berbagai daerah. Melalui variasi empat minuman baru yang bernuansa pink, Starbucks mengajak konsumen mereka membantu misi Lovepink. Setelah sampai diujung masa kampanye, apa yang akan dilakukan Starbucks dan Lovepink kemudian?

Respons konsumen terhadap kampanye #PINKVOICE dikatakan Direktur Starbucks Indonesia Anthony Cottan melampaui ekspektasi Starbucks. Dalam kampanye itu, 10% keuntungan dari tiap cup penjualan minuman edisi #PINKVOICE berhasil terkumpul hingga Rp 510.689.326.

“Ini melampaui ekspektasi kami. Ini program pertama Starbucks terkait isu kanker, dan feedback konsumen sangat antusias. Melalui cara ini, kami juga telah mengedukasi sekitar 3 ribu partners barista Starbucks di seluruh Indonesia,” kata Anthony di Jakarta, Kamis (09/11/2017).

Hasil donasi yang diberikan Starbucks kepada Lovepink  menurut Founder Lovepink Shanti Persada akan dialokasikan untuk meningkatkan kegiatan breast cancer awareness di luar Jakarta. Hasil survei Lovepink dilapangan menunjukkan, masih banyak masyarakat yang belum memahami jenis kanker ini.

“Tidak hanya kalangan ekonomi menengah ke bawah, masyarakat di kalangan menengah ke atas atau kalangan berpendidikan pun masih jarang mengetahui jenis kanker ini. Untuk itu diperlukan edukasi dan deteksi dini, terutama di daerah-daerah luar Jakarta,” kata Shanti.

Pascamenerima dana ini, Lovepink akan menunjuk beberapa kader mereka di Yogyakarta, Padang, Banjarmasin, dan beberapa kota lain untuk mengadakan penyuluhan kanker payudara di kedai-kedai Starbucks Indonesia. Lebih dari itu, Lovepink pun akan mengadakan kerjasama dengan Pemerintah Provinsi dari masing-masing daerah yang bersangkutan.

“Kami akan lebih banyak mengedukasi kaum marjinal, dan memberi empower bagi para survivor sehingga lebih banyak orang yang dapat terselamatkan,” tutur Shanti.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related