Wisnus Jadi Penyelamat Industri Pariwisata

marketeers article
27977397 danau toba lake scenery from highland

Industri pariwisata merupakan salah satu industri yang diandalkan Indonesia. Bagaimana tidak, pada tahun 2015, sektor pariwisata menyumbangkan 10% PDB nasional dengan nominal tertinggi di ASEAN. Selain itu, PDB Pariwisata nasional tumbuh 4,8% dengan tren naik sampai 6,9%, jauh lebih tinggi daripada industri agrikultur, manufaktur otomotif, dan pertambangan. Devisa pariwisata  US$ 1 juta, menghasilkan PDB US$ 1,7 juta atai 170%, tertinggi dibanding industri lainnya.

Pemerintah memang tengah giat memasarkan pariwisata Indonesia yang dikenal dengan keanekaragamannya. Tidak hanya berfokus untuk menarik lebih banyak wisman, wisnus pun menjadi perhatian penting. Berdasarkan data dari Kemenpar, jumlah wisnus terus meningkat setiap tahun dengan peningkatan rata-rata 2%, juga pengeluaran dengan peningkatan rata-rata 9% per tahun.

“Pengeluaran wisnus 2015 mencapai Rp 224,6 Triliun. Angka ini jauh lebih besar dari pengeluaran wisman 2015 sebesar US$ 11,9 miliar atau setara dengan Rp 163 triliun,” kata Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara, Kemenpar Esthy Reko Astuti dalam acara MarkPlus Center for Tourism & Hospitality di MarkPlus Main Campus, Jakarta, Senin (14/11/2016).

Tahun 2016 ini, sambung Esthy, pihaknya menargetkan 260 juta perjalanan wisnus. Ia mengatakan, Kemenpar memproyeksikan angka tersebut berdasarkan berita resmi stastistik penerbangan dari Kementerian Perhubungan. Pada Oktober 2016, tercatat sekitar 26 juta perjalanan. Sehingga secara keseluruhan, total perjalanan hingga Oktober 2016 mencapai 230 jutaan lebih.

“Kami melihat peningkatan perjalanan terjadi pada bulan Juli dan akhir tahun. Kami optimistis mendapatkan sekitar 28-30 juta perjalanan pada November hingga Desember ini,” yakin Esthy.

Ia menambahkan, wisnus asal Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah menempati tiga besar terbesar dalam melakukan perjalanan tahun 2015. Sayangnya, masyarakat di daerah tersebut masih banyak yang berwisata ke wilayah mereka sendiri. Contohnya, wisnus asal Surabaya melakukan perjalanan ke Banyuwangi.

“Ini yang menjadi tantangan bagi kami. Kami mendorong mereka agar melakukan perjalanan ke luar wilayah mereka,” tambah Esthy.

Esthy menekankan pentingnya membuat menarik produk wisata. Salah satu yang mampu menarik wisnus adalah atraksi. Menurut Esthy, atraksi yang dimiliki di Indonesia dipandang sungguh luar biasa, mulai dari atraksi alam, budaya, dan buatan. Contohnya alam, Indonesia memiliki wisata alam bahari, eco-tourism, hingga adventure.

“Kami melihat peluang ini untuk menarik wisatawan, baik Wisnus dan wisaman,” tutup Esthy.

Editor: Sigit Kurniawan

Related