#WonderTech Pertanyakan Posisi Perempuan di Sektor Teknologi

marketeers article

Minimnya persentase perempuan sebagai senior excecutive atau pemegang kendali penuh dalam industri teknologi mendorong terbentuknya #WonderTech. Untuk pertama kali di Indonesia, #WonderTech mengadakan forum diskusi yang dihadiri berbagai tokoh inspiratif di Jakarta, Kamis (20/07/2017).

CoCEO Lazada Florian Holm mengatakan, forum diskusi yang dihadiri oleh lebih dari 150 peserta dari berbagai perusahaan dan organisasi ini ditujukan untuk memberikan inspirasi sekaligus mendukung kemajuan perempuan dalam sektor teknologi.

Dalam forum diskusi #WonderTech, dilakukan sebuah survei singkat terhadap 102 partisipan mengenai posisi perempuan dalam industri teknologi. Hasilnya, mayoritas perempuan mengaku sulit untuk berkembang dalam industri teknologi.

“Hasil survei menunjukkan, 15% perempuan masih sulit untuk memasuki industri teknologi, 33% merasa sulit untuk mengkombinasikan waktu untuk bekerja dan keluarga , sementara 55% perempuan mengaku sulit untuk sampai pada C-level,” kata VP GO-Jek Dayu.

Forum #WonderTech turut dihadiri berbagai tokoh inspiratif yang menjadi panelis dalam acara ini, seperti Presiden Direktur Blue Bird Group Noni Purnomo, CEO Sintesa Group Shinta Kamdani, Pendiri sekaligus CEO Female Daily Hanifah Ambadar, MD Endeavour Indonesia Sati Rasuanto, dan Direktur ANGIN David Soukhasing.

Permasalahan yang menjadi bahan diskusi pun cukup beragam, mulai dari bagaimana cara untuk menghindari stereotype pada perempuan dalam industri teknologi, hingga menyeimbangkan waktu untuk bekerja dan keluarga. Para panelis pun berbagi cerita mengenai perjalanan karier mereka.

“Di awal saya bergabung dengan Blue Bird, mayoritas pekerja adalah laki-laki. Saat itu, banyak orang yang memandang saya sebelah mata lantaran saya perempuan dan orang tua saya pemegang perusahaan,” ingat Noni. Namun, seiring berjalan waktu, Noni berhasil membuktikan bahwa perempuan memiliki kompetisi yang mampu bersaing dengan laki-laki.

Tidak hanya Noni, para panelis lain pun berbagi cerita, seperti Hanifah yang berbagi cerita seputar perjuangan dalam membangun Femail Daily. “Ini semua tak luput dari peran suami saya,” kata Hanifah. Menurutnya, keluarga dan pekerjaan merupakan dua hal yang penting untuk diseimbangkan.

Setuju dengan apa yang dikatakan Hanifah, David sebagai seorang investor menilai perlu ada aturan yang jelas terkait jam kerja yang fleksibel bagi seorang ibu. “Fleksibelitas waktu diperlukan bagi seorang ibu yang bekerja, terlebih dalam industri teknologi yang menuntut waktu kerja yang panjang,” tutur David.

Pada akhirnya, menurut Floran keberagaman dalam tingkat manajemen perusahaan pada sektor teknologi sangat diperlukan dan dapat mendorong kemajuan industri ini. “Peningkatan jumlah perempuan yang duduk pada posisi penting dalam industri teknologi dapat menjadi kunci kemajuan perusahaan,” harap Floran.

Akankah #WonderTech membuka kesempatan yang lebih luas bagi perempuan dalam berkarier di industri teknologi?

Editor: Sigit Kurniawan

Related