Xiaomi, Rakit Smartphone di Batam Agar Semakin Indonesia

marketeers article
Xiaomi di Batam

Beberapa tahun lalu, belum ada yang tahu keberadaan Xiaomi. Sekarang, mereka hadir merangsek ke pasar smartphone Indonesia dan berhasil membuktikan usia muda bukan halangan untuk mendisrupsi industri ini.

Dalam kurun waktu 7 tahun, Xiaomi bisa menjadi raksasa dalam industri smartphone dunia. Selain besar di negeri asalnya Tiongkok, mereka besar di pasar Asia terutama negara berkembang seperti Indonesia. Kehadiran mereka di Tanah Air secara resmi ditandai dengan dirilisnya varian Redmi 1S pada tahun 2014 lalu.

“Redmi 1S buat kami adalah legenda. Bayangkan dalam waktu 12 menit terjual 10.000 unit,” ujar Vice President Xiaomi Wang Xiang. Ia mengaku tingginya awareness brand mereka di Indonesia karena konsumennya sangat peduli terhadap harga. Positioning sebagai brand smartphone terjangkau dengan spesifikasi di atas rata-rata langsung menarik perhatian.

Memang, selama ini Xiaomi mendisrupsi pasar dengan smartphone berkapasitas kelas menengah namun dijual di harga menengah bawah. Faktor itu menarik masyarakat Indonesia untuk langsung membuat komunitasnya. Menurut Wang, pada 2014 lalu baru ada empat komunitas. Namun, kini, setidaknya terdapat 22 komunitas yang tersebar di Jawa, Bali, dan Sumatera.

Namun, Wang tidak mau terjebak pada istilah murah. Ia justru mengklaim bahwa Xiaomi fokus pada inovasi produk serta user experience. Maklum, faktor murah atau terjangkau cukup subjektif. Mereka pun ingin dikenal karena kualitasnya, ketimbang harganya.

Namun, bukan berarti kemudian Xiaomi meninggalkan positioning itu. Itulah mengapa, Xiaomi mulai merakit produk mereka di Indonesia. Selain tetap menjaga harga, ini sebagai salah satu dukungan Xiaomi kepada pemerintah dan pasar Indonesia terkait kebijakan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) yang mensyaratkan porsi 30% pada perangkat berbasis 4G.

“Kami jelas mendukung kebijakan pemerintah dan Xiaomi bersedia menjalankannya di pasar yang sangat potensial ini. Keputusan menempatkan proses manufaktur di Indonesia juga terkait permintaan para loyalis kami untuk membuat produk made in Indonesia,” sambung Wang.

Produk pertama yang dirakit di Indonesia, tepatnya di Batam adalah tipe Redmi 4A. Wang berani mengklaim dengan spesifikasi kelas menengah, Redmi 4A bisa diterima masyarakat karena dibanderol hanya Rp 1,499 juta. Di sini, mereka mampu merakit sampai 100.000 unit smartphone per bulan. Jumlahnya bisa ditambah plus kehadiran varian made in Indonesia lainnya, sesuai permintaan. “Di masa depan, kami tidak hanya ingin dikenal karena smartphone, tapi juga teknologi lain yang sedang kami kembangkan seperti Internet of Things (IoT),” tutup Wang.

    Related