Cina dan India, Alasan IMF Naikkan Proyeksi Ekonomi Asia Tahun 2024

marketeers article
Ilustrasi tren ekonomi. (Sumber: 123rf)

Dana Moneter Internasional (IMF) menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Asia untuk tahun 2024 pada Selasa (30/4/2024). Hal ini menyusul tingginya optimisme pertumbuhan ekonomi India, dan berbagai stimulus lanjutan dalam kebijakan domestik Cina.

Dilansir dari CNBC, IMF sekarang memperkirakan ekonomi Asia tumbuh 4,5% hingga akhir 2024, naik 0,3% dari enam bulan sebelumnya. Adapun perkiraan untuk tahun 2025 tidak berubah dengan ditaksir tumbuh 4,3%.

“Proyeksi Asia dan Pasifik pada tahun 2024 cerah. Kami sekarang memperkirakan bahwa ekonomi kawasan ini akan melambat lebih sedikit daripada yang kami perkirakan sebelumnya karena tekanan inflasi terus berkurang,” tulis Krishna Srinivasan, direktur Asia dan Pasifik IMF.

BACA JUGA: Windstar Cruises Gelar Culinary Competition Pertama di Indonesia

IMF menaikkan prediksinya menyusul terus membaiknya ekonomi Cina, yang diharapkan stimulus kebijakan dari Beijing terus berlanjut. IMF juga menyoroti ekonomi India yang menjadi negara dengan pertumbuhan tercepat di dunia.

Kontributor utama dari ekonomi India masih disumbang dari investasi publik. Saat ini, India merupakan negara dengan perekonomian terbesar kelima di dunia dengan produk domestik bruto (PDB) sebesar US$ 3,7 triliun. 

Oleh karena itu, India ditargetkan menjadi negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia pada tahun 2027. Srinivasan juga melihat konsumsi swasta yang kuat akan terus mendorong pertumbuhan di pasar-pasar negara berkembang lainnya di Asia.

BACA JUGA: Dorong SDGs, Uni-Charm Indonesia Resmikan PLTS di 3 Pabrik

IMF memuji pengetatan moneter, penurunan harga komoditas dan meredanya gangguan rantai pasokan yang menyebabkan penurunan inflasi di Asia, meskipun ada pertumbuhan permintaan yang tinggi.

Memitigasi Krisis Properti Cina

IMF mengatakan risiko terbesar bagi perekonomian Asia adalah koreksi yang berkepanjangan di sektor properti Cina. Hal ini akan melemahkan permintaan dan meningkatkan kemungkinan deflasi yang berkepanjangan, sehingga mendorong kemungkinan menghantam perekonomian lain melalui sejumlah perdagangan langsung.

“Ini berarti respons kebijakan Cina penting, baik untuk Cina sendiri maupun untuk seluruh kawasan,” ujar Srinivasan.

Cina membutuhkan paket kebijakan yang mempercepat keluarnya para pengembang properti yang tidak layak, mendorong penyelesaian proyek-proyek perumahan, dan mengelola risiko-risiko utang pemerintah lokal. IMF mencatat stimulus fiskal Cina pada bulan Oktober dan Maret telah membantu meringankan dampak dari penurunan aktivitas manufaktur dan lesunya sektor jasa.

BACA JUGA: Danamon Bukukan Laba Bersih Sebesar Rp 831 Miliar di Kuartal 1 2024

Awal tahun ini, IMF memperkirakan ekonomi terbesar di Asia ini akan tumbuh 4,6% pada tahun 2024. Proyeksi ini muncul sebelum data menunjukkan bahwa ekonomi Cina tumbuh 5,2% tahun lalu, sesuai dengan target resmi pemerintah sekitar 5%.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related