10 Inspirasi Transformasi Digital dari Marketeers Tech for Business 2022
Saat ini, transformasi digital bukan lagi pilihan, melainkan sebuah keharusan. Mau tidak mau, bila ingin tetap eksis, perusahaan maupun organisasi perlu melakukan transformasi tersebut.
Banyak perusahaan sudah memulai atau sedang dalam tahap merancang strategi transformasi digitalnya. Namun, tak sedikit yang mengalami kegamangan saat menjalankan atau memulainya.
Berikut 10 inspirasi transformasi digital dari Marketeers Tech for Business 2022 bertema Digital Transformation: Now or Never yang digelar di CGV Grand Indonesia, Jakarta, 22 November dan dihadiri oleh lebih dari 500 partisipan ini.
01. Transformasi Digital Tak Melulu Teknologi
Transformasi digital bukanlah sebatas pemanfaatan teknologi-teknologi baru untuk pengembangan bisnis. Transformasi digital tidak lepas dari peran manusia. Bahkan transformasi digital tidak akan terjadi dengan baik bila tidak didahului dengan transformasi manusia (human transformation).
Oleh karena itu, sembari melakukan transformasi digital, perusahaan perlu membangun pola pikir digital (digital mindset) dalam diri orang-orangnya. Di sini, perusahaan menanamkan kesadaran akan pentingnya transformasi digital bagi operasional bisnis. Kesadaran ini akan melahirkan pola pikir digital, seperti kreativitas, inovasi, kegesitan, keterukuran, kinerja yang berdampak, dan sebagainya.
02. Mitos Seputar Digital Marketing
Masih ada banyak asumsi keliru atau mitos seputar digital marketing yang perlu diluruskan. Elvira Jakub, Head of Industry Google Indonesia membongkarnya dalam paparan berjudul “Demistifying Digital Marketing.” Demistifikasi tersebut menyangkut empat hal, yakni customer journey, measurement, automation, dan creative.
Soal pengukuran misalnya, ada asumsi bahwa digital marketing tidak bisa melacak penjualan offline atau toko fisik. Padahal teknologi justru bisa dimanfaatkan untuk melacak pembelian offline yang mana data offline bisa dipakai untuk memproyeksikan kunjungan di toko. Terkait mitos proses kreatif, orang menganggap bahwa video pendek lebih baik ketimbang video panjang. Ini pandangan keliru. Yang benar, kedua format video saling melengkapi di mana video pendek menjadi teaser untuk video panjang. Kedua format ini mengalami pertumbuhan luar biasa belakangan ini.
03. Digitalisasi dalam Prespektif Marketing 5.0
Iwan Setiawan, CEO Marketeers, memperkenalkan tahapan digitalisasi dari tahap dasar seperti diusung dalam Marketing 4.0, seperti human-centric marketing, content marketing, engagement marketing, dan omnichannel marketing, ke tahap digitalisasi yang lebih maju yang terangkum dalam konsep Marketing 5.0: Technology for Humanity. Marketing 5.0 terdiri dari lima elemen, yakni data driven marketing, predictive marketing, contextual marketing, augmented marketing, dan agile marketing.
“Tiga elemen pertama tersebut kami golongkan ke dalam sebutan aplikasi dan dua elemen terakhir kami sebut dengan disiplin. Dua disiplin ini menjadi fondasi untuk menjalankan tiga aplikasi di atasnya,” kata Iwan.
04 Peran Automasi dalam Operasional Bisnis
Tren automasi di era sekarang semakin menguat. Kehadiran teknologi-teknologi baru seperti AI dan robotik sangat membantu proses kerja perusahaan. Proses kerja menjadi semakin efektif, efisien, terukur, dan lebih berdampak. Automasi ini memampukan perusahaan mengoptimalisasi operasionalnya.
Roy Nugroho, Director of Grab For Business Grab Indonesia memaparkan peran besar AI dalam layanan pelanggan. AI memungkinkan proses up selling dan cross selling menjadi lebih baik. Lalu, teknologi sensor membuat proses layanan menjadi lebih efisien dan akurat. Sementara, augmented reality (AR) memberi pelanggan kesempatan untuk menikmati pengalaman baru yang berujung advokasi.
05 Relasi Komplementer Manusia x Mesin
Mesin dan manusia memiliki relasi komplementer alias saling melengkapi. Tidak semua kemampuan manusia bisa diautomasi oleh mesin atau robot. Hampir semua pembicara Tech for Business menyampaikan hal ini meski tak secara eksplisit.
Manusia maupun mesin memiliki domain kerja masing-masing. Mesin efektif memproses data dan mengolah informasi, sementara manusia mampu memilah dan menemukan wisdom. Mesin bekerja secara konvergen, terstruktur, dan berpola, sedangkan manusia cakap berpikir secara divergen dan menemukan solusi out of the box. Mesin diandalkan untuk tugas-tugas repetitif dan terprogram dengan kecepatan dan skala besar, sementara manusia bisa fleksibel untuk tugas-tugas yang menuntut pemahaman kontekstual dan pertimbangan akal sehat. Ingat, MACHINE IS COOL, HUMAN IS WARM.
06. Kekuatan Brand Storytelling di Tengah Banjirnya Informasi
Di tengah banjirnya informasi, merek ditantang untuk merancang sebuah strategi content marketing yang kreatif dan berdampak. Salah satu cara yang terbukti powerful adalah storytelling. Pendekatan cerita menjadi metode paling ampuh dan efektif dalam menyampaikan pesan, membangun customer engagement, dan menggerakkan orang.
Andreas, Chief Creative Officer dentsu Indonesia memaparkan strategi membuat konten kreatif yang dibalut dengan metode bercerita. Dari menentukan tujuan, memahami permasalahan pelanggan, menentukan segmen audiens, hingga menawarkan solusi. Menariknya, metode ini bisa diterapkan melalui gamifikasi seperti yang disampaikan oleh Shieny Aprilia, CEO Agate. Dengan gamifikasi, brand storytelling mampu memberi kesan dan pengalaman pelanggan lebih dalam.
07. Sentuhan Personal, Social, Experiential
Teknologi-teknologi baru bisa dimanfaatkan oleh perusahaan untuk memberi pengalaman luar biasa (extraordinary CX) kepada pelanggan. Setidaknya teknologi tersebut berperan menyuguhkan sentuhan personal, social, dan experiential.
Alfred Surya, Partner Manager MessagerBird, mengingatkan bahwa konsumen saat ini mengharapkan layanan yang mengusung kenyamanan dan pengalaman yang terpersonalisasi. Teknologi live avatar yang dihadirkan SOCA AI di Tech for Business memberikan pengalaman baru bagi audiens. Demikian juga Proto Hologram dan Extended Reality yang dihadirkan V2 Indonesia menyuguhkan pengalaman virtual yang imersif. Rudi Hidayat, Founder & CEO V2 Indonesia mengingatkan bahwa teknologi harus menjawab tiga hal, yakni connecting people, customer experience, dan monetization.
08. Peluang Baru di Metaverse
Metaverse hadir sebagai teknologi baru. Metaverse secara umum dicirikan dengan dunia fisik yang diciptakan kembali di dalam dunia virtual dan bersifat imersif. Metaverse merupakan the next stage of omni. Ada empat building block yang menyusun semesta baru ini, yakni content platform, commerce, payment (cryptocurrency), dan governance (DAO).
Gupta Sitorus, Chief Sales and Marketing Officer WIR Group mengatakan avatar menjadi cara baru konsumen mengekspresikan dirinya. Oleh karena itu, perusahaan perlu lebih dalam memahami tren tersebut dan menyiapkan layanan dalam metaverse journey. Jimmy Yogaswara, Founder & CEO SOCA AI, mengatakan metaverse menjadi penanda revolusi e-commerce, dari yang sebelumnya bersifat fisik, digital, menjadi imersif.
09. Pentingnya Mindfulness dalam Transformasi Digital
Banyak orang masih bertanya-tanya soal hubungan mindfulness dengan teknologi. Asal tahu saja, konsep mindfulness justru dipopulerkan oleh Silicon Valley. Tuntutan transformasi digital tak jarang membuat orang-orang dalam proses tersebut merasa kewalahan, mengalami tekanan kerja berat yang tak jarang berujung pada stres dan depresi.
Berangkat dari kondisi tersebut, bila ingin berkelanjutan, perusahaan dituntut menjadi mindful company. Untuk menjadi mindful company, perusahaan perlu menerapkan konsep mindfulness 360, sebuah mindfulness yang dicapai dengan menyeimbangkan antara purpose, people, planet, dan profit. Ada empat tahap mencapai mindfulness 360, yakni survival, awareness, transformation, dan actualization. Intinya, transformasi bisnis harus diimbangi pula dengan transformasi manusia. Namun, ingat mindful company harus dimulai dengan mindful leader alias transformasi ini dimulai dari para pemimpinnya.
10. Dimulai Sejak Sekarang
Transformasi digital menjadi suatu keharusan untuk berbagai industri saat ini. Meski sekarang dirasa tidak selalu menguntungkan. Sebab itu, tidak heran jika transformasi digital ini disebut sebagai necessary evil.
Kita punya dua pilihan dan memilih saja mana yang lebih sedikit ruginya dan banyak untungnya. Bicara soal transformasi digital dalam bisnis, tentunya opsi yang diambil adalah pilihan yang less pain untuk perusahaan. Dan, sekarang adalah momentum untuk melakukan itu dan tidak perlu menunda-nunda lagi dengan banyak alasan. Digitalisasi terus melaju tanpa peduli apakah manusia-manusia siap beradaptasi atau tidak. Dunia teknologi tidak mengenal hukum berjalan mundur. Oleh karena itu, riding the wave menjadi pilihan tepat agar perusahaan tidak ketinggalan.
__________
Marketeers Tech for Business akan kembali hadir pada tahun depan. Dapatkan tiket super early bird-nya sekarang di sini.