100 Tahun Ekonomi Indonesia Ada di Tangan UMKM Jabar

marketeers article
Happy boy and grandmother using a laptop outdoors

Ekonomi Indonesia diyakini akan mencapai puncak pada tahun 2045. Dari 200 negara, Indonesia diproyeksi bakal menempati posisi ketiga sebagai negara dengan ekonomi terhebat di dunia. Pertanyaannya, sudah siapkah Indonesia?

Jawa Barat (Jabar) memegang peranan penting bagi perekonomian bangsa. Pasalnya, wilayah ini mencakup 20% dari keseluruhan wilayah Indonesia. Yang menarik, 98,5% penggerak ekonomi Jabar adalah pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

“Jabar adalah provinsi UMKM. Survei pada 2016 menemukan, ada sekitar 98,5% UMKM di Jabar, sementara sisanya adalah usaha menengah dan besar.” ungkap Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil di Bandung, Sabtu (27/10/2018).

Ekonomi pancasila dikatakan Ridwan menjadi solusi untuk memajukan UMKM Indonesia. Tak seperti kapitalisme, ekonomi pancasila memungkinkan masyarakat kaya bisa menjadi lebih kaya namun menyertakan masyarakat menengah sehingga memiliki perekonomian yang lebih baik. Sistem ini tak jauh berbeda dari konsep bisnis inklusif.

BANDUNG, INDONESIA – AUGUST 28, 2015: Indonesian food stall in Bandung, Indonesia

Untuk mencapai impian Indonesia di 2045, Ridwan mengatakan perekonomian Indonesia hingga 28 tahun ke depan tidak boleh kurang dari 5%. Perbaikan regulasi pun menjadi penting.

“Regulasi tidak boleh memberatkan ekonomi. Selain itu, konektivitas yang lebih baik seperti pembangunan bandara baru, jalur kereta api, ataupun pelabuhan perlu dilakukan. No connectivity, no economy,” ujar Ridwan.

Per November 2018, Jabar siap meluncurkan program MESRA (Masyarakat Ekonomi Sejahtera) berupa rumah ekonomi berbasis ibadah. Warga Jabar yang membutuhkan modal hingga Rp 30 juta dapat datang ke masjid, gereja, maupun rumah ibadah lain yang bekerjasama dengan Pemprov Jabar. Pelaku usaha mikro bisa mendatangi rumah ibadah ini, sementara pelaku usaha yang telah berkembang bisa naik kelas melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Lebih dari itu, Jabar juga bersiap memacu ekonomi Indonesia melalui pembangunan Satu Desa, Satu Perusahaan. Alasan kegagalan program ini dikatakan Ridwan lantaran para warga diminta memproduksi namun tidak dibantu dalam hal pemasaran.

“Kami segera membentuk MoU dengan Indonesia Marketing Association untuk mencari lebih dulu daftar produk yang laku di pasar, mencari demand, kemudian membentuk perusahaan di desa-desa yang sesuai atau potensial. Produksi dilakukan di desa-desa yang perlu dibantu, dan CEO nya adalah para fresh graduate dari perguruan tinggi di Jabar,” ujarnya.

Dari sekitar 300 Perguruan Tinggi yang ada di Jabar, Ridwan akan meminta 10 mahasiswa per Perguruan Tinggi untuk menjadi CEO. Sekitar tiga ribu CEO ini nantinya akan diberikan modal selama dua hingga tiga tahun dan diminta untuk membangun potensi desa.

portrait of young asian business people meeting in a cafe

Terakhir, membentuk ekosistem digital yang merata menjadi pekerjaan yang harus segera dirampungkan Indonesia. Jabar bersiap dengan misi membangun desa digital yang memungkinkan para petani dan nelayan menjual hasil produksi ke perkotaan secara langsung tanpa melalui tengkulak atau kolektor.

Sementara bagi pelaku usaha yang telah naik kelas di perkotaan akan dibawa go global. Inkubator bisnis BLOCK71 yang didirikan Salim Grup dan Nus Enterprise di Bandung menjadi salah satu upaya mewujudkan hal ini.

Lokasi BLOCK71 ini diyakini Presiden NUS, Profesor Tan Eng Chye akan membuka pintu bagi startup asal Singapura dan keluarga BLOCK71 untuk mengembangkan eksistensi mereka di Indonesia serta memfasilitasi akses ke pasar internasional bagi startup lokal.

“Dalam lima tahun ke depan, kami akan membangun ini di 26 kota/kabupaten. Di dalamnya akan menjadi tempat yang penuh akan creativity, inovation, and enterpreneurship. Per tahun ditargetkan akan dibangun lima fasilitas seperti ini. Saya percaya Jabar nantinya dapat menjadi center of excellence,” tutur Ridwan yang meyakini UMKM Jabar siap membawa ekonomi Indonesia naik kelas.

Lantas, bagaimana pendapat Anda? Akankah Jabar berhasil memainkan peranannya?

Editor: Sigit Kurniawan

Related