Gunung Sibayak yang terletak di Kabupaten Karo, Sumatera Utara merupakan salah satu gunung berapi paling populer di Indonesia. Bukan hanya menawarkan pendakian dengan pemandangan yang indah, tetapi juga memiliki medan yang tidak terlalu sulit.
Ada beberapa jalur pendakian yang bisa dipilih oleh para pencinta alam, yang mana masing-masing menyuguhkan tantangan dan daya tarik tersendiri. Berikut adalah tiga jalur pendakian yang paling sering digunakan menuju puncak Gunung Sibayak:
BACA JUGA: Rayakan Hari Kemerdekaan di Gunung, Ini Tips untuk Pendaki Pemula
Desa Semangat Gunung
Ini merupakan jalur yang paling umum dan cocok untuk pendaki pemula. Dari Desa Semangat Gunung, jalur tersebut mudah diakses dengan kendaraan karena sudah beraspal hingga ke pos pendakian.
Pendakian dari jalur ini relatif cepat, yang mana memakan waktu sekitar 2-3 jam hingga mencapai puncak. Jalur ini menawarkan pemandangan hutan yang rimbun dan pemandian air panas di kaki gunung, seperti Pemandian Lau Sidebuk-debuk.
Desa Jaranguda
Jalur ini lebih menantang ketimbang jalur Desa Semangat Gunung. Meski treknya lebih panjang dan menuntut stamina yang lebih besar, jalur ini lebih sepi sehingga menawarkan pemandangan menakjubkan, seperti hutan hujan tropis, yang cocok jika ingin menikmati ketenangan alam.
BACA JUGA: 3 Wisata Alam di Indonesia Pilihan ENHYPEN, Tawarkan Pesona Berbeda!
Jalur 54
Jalur 54 merupakan trek yang paling sulit dan hanya disarankan untuk pendaki berpengalaman. Ini memiliki medan yang terjal serta berbahaya, sehingga pendakian bisa memakan waktu 4-6 jam, dengan sensasi petualangan yang kuat bagi para pendaki.
Itulah tiga jalur pendakian menuju puncak Gunung Sibayak yang menawarkan pengalaman yang berbeda, baik dari segi tantangan maupun pemandangan. Pendaki dapat memilih jalur sesuai dengan kemampuan dan preferensi mereka.
Jika Anda hendak mendaki gunung yang terletak di Karo ini, pilihlah jalur yang sesuai dengan kemampuan dan pengalaman Anda. Pastikan juga untuk selalu menjaga kebersihan dan tidak meninggalkan sampah di sepanjang jalur.
Editor: Ranto Rajagukguk