Cok Sawitri meninggal dunia pada Kamis (4/4/2024). Belum diketahui secara pasti penyebab berpulangnya sang Budayawan Bali di usia 56 tahun, namun diketahui ia sempat mengeluh sakit liver dan menderita bronkitis.
Semasa hidupnya, perempuan kelahiran 1968 itu dikenal sebagai seorang pemain teater yang selalu tampil totalitas di atas panggung. Selain bermain teater, ia juga menulis cerita pendek, novel, puisi, dan esai.
Beberapa novelnya pun sukses meraih penghargaan. Untuk itu, bagi Anda yang ingin membaca karya fenomenal dari Cok Sawitri, berikut rekomendasinya:
BACA JUGA: 3 Novel Terbaik Yudhistira ANM Massardi, Sastrawan yang Tutup Usia
Janda dari Jirah
Janda dari Jirah pertama kali dirilis pada tahun 2007. Novel ini sukses meraih posisi lima besar Khatulistiwa Award yang merupakan ajang bergengsi di dunia kesusastraan Indonesia, bahkan telah diterjemahkan ke bahasa Inggris dengan judul The Widow of Jirah.
Novel ini ditulis berdasarkan suatu peristiwa sejarah yang terlarang diceritakan pada masa kejayaan Kediri. Kisahnya berpusat pada seorang perempuan yang dikenal dengan sebutan Ibu Ratna Manggali atau Rangda ing Jirah (Janda dari Jirah), pemimpin Kabikuan Jirah.
Dengan bahasa yang mengkristal di setiap paragrafnya, novel ini memikat pembaca untuk terus menelusuri kilas balik sebuah cerita terlarang. Hanya dalam buku ini, apa yang dulunya dilarang untuk diceritakan, kembali dikisahkan.
Sutasoma
Sutasoma pertama kali dirilis pada tahun 2009. Novel ini juga sukses meraih posisi lima besar Khatulistiwa Award yang merupakan ajang bergengsi di dunia kesusastraan Indonesia, bahkan menerima penghargaan Dharmawangsa Award 2010.
BACA JUGA: 3 Rekomendasi Buku Tere Liye: Cerita Menarik Dipadu Gaya Bahasa Unik
Novel ini terinspirasi dari karya Empu Tantular yang berjudul Porusadha. Kisahnya sendiri diawali dengan latar belakang Jayantaka, Raja Kerajaan Ratnakanda yang menyaksikan konflik dan carut-marut keluarga kerajaan saat ayahnya masih menjadi raja.
Sutasoma menceritakan berbagai ambisi terbuka akan kekuasaan dan jabatan, juga persaingan terselubung, politik istana yang saling tarik-menarik menyebabkan Ratnakanda perlahan berada di ambang kehilangan kedaulatan.
Tantri: Perempuan yang Bercerita
Terbit pada tahun 2010, Tantri: Perempuan yang Bercerita juga sukses meraih posisi lima besar Khatulistiwa Award. Novel ini menyuguhkan penggalan-penggalan fabel yang mengandung keteladanan soal bagaimana sepatutnya kita menghargai dan menjalani hidup.
Lewat hewan-hewan rekaannya, Tantri, perempuan pendongeng dalam novel ini, menyodorkan sudut pandang “dari seberang” yang tidak sama dengan pandangan mata keseharian kita. Dengan bahasa yang indah, binatang-binatang dihidupkan dan bertingkah seperti manusia.
Itulah rekomendasi tiga novel terbaik Cok Sawitri, budayawan Bali yang berpulang di usia 56 tahun. Selamat membaca!
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz