Kabar baik bagi Anda yang menyukai cerita klasik Crockett Johnson! Salah satu karyanya, yang bertajuk Harold and the Purple Crayon, diadaptasi menjadi film dan sudah mulai mengudara di bioskop Indonesia sejak 23 Agustus 2024.
Buku keluaran tahun 1955 itu mengisahkan petualangan seorang anak laki-laki bernama Harold yang memiliki krayon ungu ajaib. Dengan krayon tersebut, ia dapat menggambar apa pun yang dia bayangkan, dan gambar-gambar itu menjadi nyata.
Ketika cerita ini diadaptasi menjadi film, ada beberapa perubahan signifikan yang memengaruhi nuansa dan inti dari kisah tersebut. Merangkum laman Variety, berikut sejumlah perbedaan yang akhirnya membuat pengalaman menonton menjadi sangat berbeda dari membaca buku aslinya:
BACA JUGA: Sinopsis The Crow, Versi Baru dari Film yang Tewaskan Anak Bruce Lee
Karakter Harold
Salah satu perbedaan besar antara versi buku dan film adalah penggambaran karakter Harold. Dalam bukunya, ia merupakan seorang anak laki-laki berusia empat tahun yang memancarkan nuansa polos dan kekanak-kanakan dalam petualangannya.
Adapun dalam versi film, Harold diperankan oleh Zachary Levi, seorang aktor dewasa yang terkenal dengan perannya dalam Shazam! Keputusan untuk menggambarkan Harold sebagai sosok dewasa menghilangkan banyak aspek kepolosan yang ada dalam buku.
Levi, yang biasanya memerankan karakter ceria dan penuh semangat, di sini tampil sebagai sosok yang canggung dan penuh antusiasme berlebihan. Hal ini pun mengubah Harold menjadi lebih seperti seorang pria dewasa yang berusaha meniru tingkah laku anak kecil, daripada seorang anak yang benar-benar polos.
BACA JUGA: Sinopsis Kromoleo, Film Horor yang Diangkat dari Urban Legend
Perubahan Alur Cerita
Versi buku dari Harold and the Purple Crayon terkenal karena kesederhanaannya. Cerita hanya berfokus pada Harold yang menggambar apa pun yang diinginkan dengan krayon ungunya, tanpa plot yang rumit atau karakter tambahan.
Di sisi lain, versi film memperkenalkan berbagai elemen plot yang jauh berbeda dari buku. Misalnya, film ini mengubah Harold menjadi sosok kartun yang hidup di dunia gambar, sebelum akhirnya mendarat di dunia nyata.
Ini mengubah cerita menjadi komedi fish-out-of-water, yang mana karakter dari dunia yang berbeda harus beradaptasi dengan dunia yang baru. Selain itu, film tersebut juga menambahkan beberapa karakter pendukung, seperti hewan peliharaan Harold yang muncul dalam bentuk manusia.
Nuansa dan Pesan Cerita
Hal lain yang paling disayangkan dari adaptasi film ini adalah hilangnya nuansa ajaib yang ada dalam buku. Buku aslinya menawarkan pengalaman membaca yang sangat sederhana namun penuh dengan keajaiban, yang mana imajinasi Harold menjadi pusat dari segala hal.
Adapun versi film lebih fokus pada efek visual dan formula komersial. Alih-alih mempertahankan kesederhanaan cerita, film ini menambahkan berbagai elemen yang sejatinya tidak diperlukan, seperti plot yang rumit dan karakter tambahan yang tidak ada dalam buku.
Itulah beberapa perbedaan Harold and the Purple Crayon versi buku dan film. Masihkah Anda tertarik untuk menyaksikan adaptasi yang satu ini?
Editor: Ranto Rajagukguk