Meski pasar elektronik sempat lesu akibat daya beli masyarakat yang menurun, tak membuat PT Panasonic Gobel Indonesia patah arang dalam mengembangkan bisnis elektroniknya. Tak tanggung-tanggung, kali ini Panasonic meluncurkan varian penyejuk ruangan (air conditioner/AC) terbaru di Tanah Air.
Varian produk yang dilabeli AC Bintang 4 ini merupakan produk yang mengusung konsep hemat energi. Tanda bintang empat bukan sembarang tanda. Melainkan sebuah predikat yang mengacu kepada standar tertinggi untuk hemat energi yang dihitung berdasarkan Energy Efficiency Ratio (EER).
“Semakin tinggi bintang, semakin hemat energi. Dan, semua produk terbaru kami saat ini, baik kelas standar maupun hingga inverter, semuaya sudah bintang empat,” terang Hiroyoshi Suga, Presiden Direktur PT Panasonic Gobel Indonesia dalam konferensi pers di Shangri-La Jakarta, Senin, (8/8/2016).
Hiroyoshi menerangkan, predikat bintang empat itu didapat Panasonic setelah lulus uji EER dengan indeks 10,41 yang dinilai berdasarkan ketentuan pemerintah Peraturan Menteri ESDM No. 7 Tahun 2015. Peraturan tersebut mulai berlaku pada Agustus 2016 lalu.
EER sendiri mengukur seberapa efisien suatu sistem pendingin akan beroperasi ketika suhu di luar ruangan adalah pada tingkat tertentu (biasanya pada 35° Celcius).
“Artinya, kami adalah manufaktur pertama di Indonesia yang menerapkan Standar Kinerja Energi Minimum (SKEM) dan Label Tanda Hemat Energi. Kami telah lebuh dulu mendukung pemerintah untuk mengurangi emisi global, ” tuturnya.
Diklaim Hiroyoshi, produk terbarunya itu mampu menghemat energi hingga 36% untuk AC standar dan 58% untuk AC inverter. Itu sama artinya dengan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk listrik senilai Rp 825.000 hingga Rp 3 juta per tahun.
Produk yang diluncurkan pun terbilang masif di setiap segmen kategori, dari AC low watt, low voltage, standar, hingga AC premium deluxe inverter. Totalnya ada 24 varian AC yang sudah dipasarkan di berbagai ritel elektronik seluruh Indonesia.
Heribertus Ronny, Product Manager of Air Conditioner Panasonic Indonesia menerangkan, sampai saat ini, produk Panasonic terbaru sudah dipastikan berlabel hemat energi Bintang 4. Namun, untuk produk lama, masih tetap dijual hingga stok barang habis di ritel.
Menurutnya, ada alasan utama mengapa pemerintah getol mewajibkan manufaktur AC untuk memiliki label hemat energi. Pertama, untuk melindungi konsumen dari pemborosan energi rumah tangga. Kedua, mencegah produk AC boros energi ke pasar Indonesia.
“AC dipilih oleh pemerintah sebagai produk pertama yang menerapkan standar SKEM dan Label Hemat Energi. Perlahan, semua produk elektronik, seperti televisi, mesin cuci, dan kulkas wajib melakukan hal serupa,” kata Ronny.
Lantas, apabila semua merek pesaing Panasonic berbondong-bondong mengajukan uji EER dan berhasil mengantongi Bintang 4, apa diferensiasi Panasonic? Hiroyoshi menjawab, hemat energi bukan satu-satunya yang menjadi pembeda Panasonic dengan yang lain. Diferensiasi merek ini juga dilihat dari desain dan fitur yang diberikan.
“Misalnya, tipe Sky Series yang memiliki teknologi radian cooling, yang terinspirasi dari efek pendigin yang terjadi di dalam gua. Sebagai market leader, kami tertantang untuk selalu berinovasi,” pungkasnya
Berdasarkan laporan konsultan GfK, penjualan unit AC di Indonesia meningkat 107% sepanjang semester satu 2016. Sedangkan, penjualan Panasonic tumbuh 141%.
Pertumbuhan tersebut didorong oleh permintaan yang kuat dari swasta dan pemerintah. Selain itu, penjualan yang tinggi juga terjadi pada AC standar bermerek Alowa yang berkontribusi 30% terhadap penjualan AC Panasonic secara keseluruhan.
Berdasarkan laporan Gfk pula, Panasonic sampai saat ini menjadi pemimpin pasar kategori AC di Indonesia dengan menguasai 23,9% pangsa pasar. Padahal, tahun lalu, merek ini berada di posisi tiga dengan torehan 19,2% di bawah LG dan Sharp.
Editor: Eko Adiwaluyo