Department Store Pasaraya kembali mulai membangun kemahsyurannya dulu. Berdiri 42 tahun silam, dept store yang dirintis oleh pengusaha Abdul Latief ini perlahan kembali ke akarnya sebagai ritel yang menyajikan produk karya nusantara, termasuk batik.
“Sejak hadir pertama kali dengan nama Sarinah Jaya, pendiri Pasaraya Pak Abdul Latief memang ingin mengangkat produk Indonesia, salah satunya batik,” ujar Medina Latief Harjani, Presiden Direktur Pasaraya Pride of Indonesia di Blok M Jakarta, Rabu, (28/9/2016).
Menandai titik balik sebagai sentra batik, pihak manajemen menyelenggarakan program Tribute to Batik Indonesia dari 30 September-30 Okober 2016, dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional yang jatuh pada 2 Oktober setiap tahunnya.
Dalam program yang berlangsung selama sebulan penuh itu, Pasaraya akan menyelenggarakan bazar ragam batik bertema Batik Klasik dalam Warna Kini dan Dulu, jajanan nusantara, peragaan busana, serta ajang pemilihan Putra-Putri Batik Pasaraya. Program ini sekaligus memperkenalkan area khusus batik yang terletak di lantai dua dept store seluas 200.000 m2 itu.
Medina menerangkan, area batik (yang bakal bernama Indonesia Batik Center) seluas 6.000 m2 itu memang khusus menjual produk batik nusantara dari berbagai daerah di mana 80%-nya berasal dari Pekalongan. Sedankan, sisanya datang dari Cirebon, Yogyakarta, dan Madura,
Konsep berbeda pun sengaja diusung untuk memudahkan pelanggan dalam mencari batik. Liza Wijaya, Assistent Floor Manager Pasaraya mengatakan, ada empat area di lantai tersebut yang dibagi berdasarkan segmentasi pelanggan.
Pertama, area Batik Ken Dedes yang khusus menjual batik tulis yang proses pembuatannya bisa memakan waktu setahun untuk satu kain. Di sana juga terdapat kain batik pre-loved (seken) yang usianya sudah 20 tahunan.
“Di sini kami menjual batik yang bisa dibilang masterpiece. Harganya hingga Rp 20 jutaan per 2,5 meter kain. Jadi, memang targetnya adalah pecinta batik,” terangnya di lokasi yang sama.
Kedua, Batik Nagarai yang menjual kain-kain batik halus dan vintage untuk para pengoleksi batik. Ketiga, Radja Batik yang menjual baik cap dan ditujukan untuk para profesional yang menjadikan batik sebagai pakaian kerja sehari-hari.
“Karena pembuatannya dicap, harganya pun lebih murah daripada batik tulis. Sehingga, bisa menjadi pakaian kerja yang bisa dibeli sehari-hari,” terang perempuan lulusan International Business, Lincoln University of San Francisco ini.
Keempat, adalah Pasar Klewer dan Kampung Batik yang menjual aneka pakaian dengan motif kain batik. “Ini memang tidak cocok disebut batik, karena pembuatannya menggunakan mesin, bukan dicap atau ditulis,” paparnya.
Kendati demikian, menurutnya, batik tekstil dapat memenuhi kebutuhan anak muda yang belum memiliki kemauan tinggi untuk membeli batik yang sebenarnya.
“Ini bisa menjadi langkah awal anak muda untuk mengenal dan mencintai batik. Setelah ia memiliki penghasilan lebih, mereka akan membeli batik cap atau tulis,” tutur Medina.
Re-concept
Meidina menerangkan, mulai tahun ini, Pasaraya telah melakukan revitaliasi di lantai dua untuk dijadikan sentra batik dengan nama Indonesia Batik Center. Total luas yang direnovasi sebanyak 4.000 m2 dari total luas lahan 6.000 m2. Sedangkan.
“Renovasi ini bertahap, hingga semuanya rampung pada tahun depan. Kami harap pada Hari Batik Nasional 2017 sudah dengan konsep yang baru,” ucap Medina.
Ia menjelaskan, investasinya itu memakan uang yang tak sedikit. Ia menghitung, biaya renovasi per meter persegi bisa menyentuh Rp 10 juta. Jika ada 4.000 m2, maka biaya investasi ditaksir mencapai Rp 4 miliar.
“Investasinya memang tidak murah. Padahal, yang kami jual bukan barang mewah, melainkan batik. Ini karena kami melihat belum ada destinasi batik yang representatif di Jakarta. Dan kami serius mempopulerkan batik ke masyarakat luas,” cerita anak sulung dari Abdul Latief ini.
Re-concept yang dilakukan tak semata interior, melainkan juga servis yang dihadirkan. Medina bilang, Indonesia Batik Center akan menjadi one-stop shopping experience di mana pelanggan bisa membeli batik, serta merasakan entertainment selama di dalam area.
“Deptstore selama ini hanya kumpulan produk. Kami akan hadirkan entertainment, serta Kafe Batik untuk rehat sejenak,” pungkasnya.
Selain memiliki sentra batik, Pasaraya memiliki Pinisi Edutainment Park, food court Dapur Raya, dan Salon Kecantikan Poetre. Sedangkan tenan utamanya, antara lain Matahari Department Store, Wakai, Starbucks, dan lainnya.