Penemuan empat jasad anak di sebuah rumah kontrakan di Jagakarsa, Jakarta Selatan pada Rabu (6/12/2023) menggemparkan jagat maya. Bocah berinisial VA (6 tahun), S (4 tahun), A (3 tahun), dan AS (1 tahun) itu diduga dibunuh oleh ayahnya sendiri.
Antara melaporkan penemuan jenazah itu bermula ketika Polsek Jagakarsa menerima laporan warga setempat soal bau menyengat yang keluar dari sebuah rumah. Diketahui, rumah tersebut ditinggali oleh pasangan suami istri berinisial P dan D.
Petugas pun mendatangi tempat kejadian perkara (TKP) dan menemukan P dalam keadaan terlentang dengan luka pada bagian tangan serta pisau di tubuhnya. Petugas lantas mengecek bagian kamar, dan menemukan empat mayat anak berjejer di tempat tidur.
Hingga saat ini, polisi masih mendalami penyebab kematian keempat anak tersebut. Sementara P, yang diduga sebagai pelaku pembunuhan buah hatinya itu, sedang menjalani perawatan di rumah sakit karena percobaan bunuh diri.
BACA JUGA: Dirasakan Mahasiswi FKH Unair, Ini Bahaya Pola Asuh Overprotektif
Jika benar P membunuh anak kandungnya sendiri, berarti kasus ini menambah daftar panjang kasus filisida di Indonesia. American Psychiatric Association menyebut fenomena ini bukan hal baru, bahkan sudah ada sekitar 2000 SM di peradaban Kasdim Kuno, Irak.
Apa Itu Filisida?
The University of Manchester dalam Filicide: A Literature Review (2009) mendefinisikan filisida sebagai pembunuhan anak hingga umur 18 tahun yang dilakukan oleh orang tua biologis, wali, ataupun orang tua tiri.
Resnick dalam Child murder by parents: A psychiatric of filicide (1969) mengungkapkan ada lima motif yang melatarbelakangi filisida. Pertama, altruistik alias keyakinan membebaskan anak dari penderitaan.
Mereka percaya kematian menjadi jalan terbaik untuk anak agar bahagia dan tidak merasakan penderitaan. Bahkan, tidak sedikit orang tua yang percaya bahwa pembunuhan itu merupakan tindakan ‘penyelamatan’ atas nasib buruk si anak.
BACA JUGA: Picu Siswi SMK di Kendari Bunuh Diri, Ini Bahaya Membandingkan Anak
Motif kedua adalah psikotik akut, di mana orang tua membunuh anaknya dengan alasan tidak rasional. Mereka biasanya mengalami halusinasi, sehingga tingkat kesadaran saat membunuh tidak stabil.
Ketiga, pembunuhan karena si buah hati tidak diinginkan atau dianggap sebagai penghalang. Motif ini juga termasuk guna meraup keuntungan dari kematian anak, misalnya mendapatkan warisan atau bisa menikah dengan seseorang yang tidak menginginkan anak tiri.
Motif keempat adalah kematian anak yang tidak disengaja. Ini biasanya terjadi karena kelalaian orang tua, seperti mengabaikan atau bahkan melecehkannya.
Terakhir, pembunuhan yang dilatarbelakangi balas dendam terhadap pasangan. Orang tua membunuh buah hati guna membalas dendam pada pasangan, yang mungkin berselingkuh atau mengabaikannya.
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz