Pertengahan Oktober mendatang ada film Indonesia terbaru yang akan tayang di bioskop berjudul Bolehkah Sekali Saja Kumenangis. Film produksi kolaborasi Sinemaku Pictures dan Legacy Pictures ini merupakan garapan sutradara Reka Wijaya Kusuma bersama dengan Umay Shahab sebagai produser.
Sekilas membaca judul dari film ini saja sudah terdengar menarik. Lebih lengkapnya, berikut sejumlah fakta menarik dari film Bolehkah Sekali Saja Kumenangis yang telah dirangkum Marketeers dari berbagai sumber:
1. Diadaptasi dari lirik lagu
Jika biasanya film diadaptasi dari novel, webtoon, atau jenis media cerita lainnya, Bolehkah Sekali Saja Kumenangis sedikit berbeda.
BACA JUGA Perjalanan Prilly Latuconsina Membangun Brand Persona di Dunia Pendidikan
Film ini diangkat dari lagu Feby Putri yang berjudul Runtuh. Judul film ini pun diambil dari penggalan lirik dari lagu itu.
Sebelumnya, lagu Runtuh sempat viral di media sosial. Sebab itu, lagu yang dirilis tahun 2021 itu coba divisualisasikan dalam bentuk film oleh sutradara Reka Wijaya.
2. Angkat isu kesehatan mental
Isu kesehatan mental memang tengah menjadi sorotan. Kali ini, Umay melalui karya barunya kembali menggaungkan isu tersebut dalam film Bolehkan Sekali Saja Kumenangis.
Sebelumnya, Umay telah mengangkat isu kesehatan mental dalam debutnya sebagai sutradara di Kukira Kau Rumah. Kali ini, Umay memilih isu kesehatan mental yang paling sering ditemui masyarakat agar lebih relevan dengan penontonnya, khususnya di kalangan Gen Z.
3. Dibintangi Prilly Latuconsina dan Pradikta Wicaksono
Film yang dijadwalkan tayang pada 17 Oktober mendatang ini mendapuk Prilly Latuconsina bersama Pradikta Wicaksono sebagai bintang utama. Selain keduanya, film ini juga dibintangi oleh Kristo Immanuel, Shania Gracia JKT48, Widi Mulia, Ummi Quary, Antonio Blanco Jr, Dominique Sanda, Surya Saputra, dan Rukman Rosadi.
BACA JUGA Selain Budi Pekerti, Ini 3 Film Indonesia yang Angkat Isu Sosial Terkini
4. Sinopsis
Film Bolehkah Sekali Saja Kumenangis akan berfokus pada kehidupan Tari (Prilly Latuconsina) sebagai karakter utama. Setelah kakaknya meninggalkan rumah, Tari, perempuan yang sejak kecil dipaksa untuk kuat dan tidak menangis, berusaha menyelamatkan ibunya dari sang ayah yang abusive.
Kehidupan Tari sejak kecil tak pernah merasakan kehangatan keluarga. Ibu yang selalu menekannya untuk tetap tegar, sabar, menurut, dan tidak menangis saat kecewa. Sementara itu, Ayahnya adalah seorang abusive.
Latar belakang itu pun menjadikan seorang Tari tumbuh sebagai sosok yang insecure, terbiasa berpura-pura baik-baik saja, selalu bilang ‘iya’ demi menghindari konflik, hingga tidak bisa menangis. Di sisi lain, ia memiliki trauma masa kecil yang belum selesai.
Dalam film ini, Tari ditemani oleh Baskara (Pradikta Wicaksono), seorang pria temperamental, akhirnya bergabung di sebuah support group.
Editor: Ranto Rajagukguk
