4 Hal yang Bikin Heartbreak Motel Beda dari Film Adaptasi Ika Natassa Lainnya
Heartbreak Motel telah tayang di bioskop mulai 1 Agustus 2024. Film yang diadaptasi dari novel Ika Natassa ini mengikuti kisah seorang aktris ternama yang harus menghadapi dilema cinta antara orang baru dan orang lama.
Karya garapan Angga Dwimas Sasongko ini menjadi film kelima yang diadaptasi dari novel Ika Natassa. Sineas lain sebelumnya sudah melahirkan Critical Eleven (2017), Twivortiare (2019), Antologi Rasa (2019), dan The Architecture of Love (2024).
Meski sama-sama terinspirasi dari novel Ika Natassa, Heartbreak Motel punya perbedaan yang membuatnya unik. Merangkum berbagai sumber, berikut penjelasannya:
BACA JUGA: 4 Fakta Heartbreak Motel yang Bikin Laura Basuki Selfie Tiap Hari di X
Pendekatan Visual dan Sinematografi
Pengambilan gambar Heartbreak Motel menggunakan tiga jenis lensa kamera, yaitu digital, seluloid 16mm, dan seluloid 35mm. Pendekatan ini memungkinkan penyutradaraan Angga Dwimas Sasongko untuk mengeksplorasi tiga sudut pandang yang berbeda.
Pendekatan tersebut sekaligus juga memberikan dimensi visual yang mendalam dan unik pada Heartbreak Motel. Dengan kata lain, film ini berbeda dari adaptasi sebelumnya, seperti Critical Eleven, yang lebih konvensional dalam penggunaan teknik sinematografi.
Tema dan Karakterisasi
Banyak adaptasi novel Ika Natassa yang berfokus pada hubungan cinta yang kompleks dan konflik internal. Alih-alih demikian, Heartbreak Motel justru memperluas eksplorasi dengan latar belakang dunia selebritas yang glamor.
Cerita ini mengeksplorasi bagaimana karakter utama berjuang untuk menemukan cinta sejati di tengah sorotan publik. Ini berbeda dengan film lain, seperti Twivortiare, yang mana lebih fokus pada dinamika hubungan dan tantangan kehidupan dewasa tanpa elemen dunia yang mencolok.
BACA JUGA: Sinopsis Film Pilot, Penyamaran Jo Jung Suk Jadi Perempuan
Pengembangan Cerita
Heartbreak Motel memberikan penekanan kuat pada perkembangan emosional dan perjalanan personal karakter utama melalui berbagai perasaan dan situasi yang mereka hadapi. Film ini menonjolkan aspek pencarian diri dan makna cinta sejati di tengah ketenaran.
Sementara itu, adaptasi seperti Antologi Rasa lebih berfokus pada persahabatan dan cinta tak terungkap di antara sekelompok teman dekat. Ini menggunakan narasi yang lebih kolektif, bukan hanya berpusat pada satu karakter utama.
Teknik Penyutradaraan dan Produksi
Angga Dwimas Sasongko membawa pendekatan penyutradaraan progresif dalam Heartbreak Motel. Ika Natassa menyebut ini termasuk penggunaan visual kreatif serta pendekatan naratif, sebagai inovatif dan berbeda dari adaptasi lain.
Hal tersebut membuat film adaptasi terbaru ini memiliki narasi yang memperdalam karakterisasi dan konflik cerita. Berbeda dengan itu, adaptasi lainnya cenderung menggunakan pendekatan naratif yang lebih linear dan standar, mengikuti jalur cerita dari novel dengan sedikit modifikasi.
Editor: Ranto Rajagukguk