Kehadiran kecerdasan buatan (AI) yang semakin murah dan mudah diakses membawa banyak perubahan dalam berbagai sektor. Selain meningkatkan produktivitas, teknologi ini berpotensi melahirkan inovasi yang sebelumnya sulit dibayangkan.
Namun, seiring dengan melesatnya perkembangan ini, muncul pula pertanyaan: apakah dunia kerja akan terancam? Kepada Forbes, beberapa pakar industri membagikan prediksi mereka terkait inovasi yang berkembang berkat AI dan dampaknya terhadap pekerjaan manusia, yakni sebagai berikut:
BACA JUGA: 3 Pekerjaan yang Tak Akan Tergantikan AI Versi Bill Gates
AI sebagai Pelatih Bisnis Pribadi
Real Entrepreneur Women, sebuah layanan pelatihan karier, telah mengembangkan AI bernama Skye. Menurut pendirinya, Sophie Musumeci, teknologi ini dapat membantu para pelatih bisnis perempuan untuk mengembangkan usaha dengan strategi praktis dan dukungan personal.
“Skye ibarat penasihat bisnis pribadi di saku Anda—membantu pengambilan keputusan, membuat konten yang disesuaikan, dan menjaga konsistensi klien,” ujar Musumeci.
Ia meyakini bahwa dengan AI yang semakin canggih, kesenjangan antara bisnis besar dan kecil akan semakin menipis. Skye memang memungkinkan lebih banyak orang untuk sukses sebagai pengusaha, namun tak dapat dipungkiri, AI semacam ini bisa menggantikan peran konsultan bisnis manusia, terutama dalam memberikan saran strategis berbasis data.
Personalisasi Pendidikan
Andy Thurai, analis utama di Constellation Research, melihat AI sebagai solusi bagi sistem pendidikan yang selama ini terlalu seragam. AI dapat menyesuaikan materi, kecepatan, dan metode belajar sesuai dengan kebutuhan individu.
“Beberapa orang lebih mudah memahami dengan visual, sementara yang lain cukup membaca beberapa baris teks. AI memungkinkan pembelajaran yang lebih fleksibel dan sesuai dengan kecepatan masing-masing,” jelas Thurai.
Forrest Zeisler, CTO Jobber, bahkan memprediksi bahwa dengan kemajuan AI, kebutuhan untuk mendapatkan gelar magister bisnis akan berkurang. Ini karena AI dapat memberikan bimbingan bisnis yang selama ini hanya bisa diperoleh dari pendidikan formal.
BACA JUGA: Ada PHK Massal, Hindari Negara Ini jika Ingin Bekerja di Luar Negeri
Bisnis Berbasis AI Tanpa Karyawan
Komninos Chatzipapas, pendiri HeraHaven.AI, memprediksi kemunculan perusahaan otonom yang beroperasi sepenuhnya tanpa manusia. Bisnis ini akan dijalankan oleh algoritma AI yang mengelola keuangan, penjualan, hingga pajak.
Senada dengan itu, Adnan Masood, Chief AI Architect di UST, menyebut fenomena ini sebagai “AI, Inc.”, yaitu bisnis yang muncul dan bubar dalam hitungan bulan, mengandalkan AI untuk menyelesaikan masalah spesifik tanpa biaya besar.
Jika bisnis tanpa manusia benar-benar terwujud, ini bisa mengurangi kebutuhan tenaga kerja manusia dalam berbagai sektor. Terutama, pekerjaan administratif dan operasional.
Dokter Pribadi Berbasis AI
Di bidang kesehatan, Vincent Koc dari University of New South Wales melihat potensi AI dalam memberikan layanan medis yang sangat personal. AI dapat menganalisis data pasien—dari pola makan, gaya hidup, hingga genetika—untuk memberikan rekomendasi kesehatan yang spesifik.
“Ini lebih dari sekadar chatbot medis. AI bisa menjadi dokter pribadi yang membantu tenaga medis dalam memberikan perawatan yang lebih efektif,” ujar Koc.
Ia juga membayangkan personalisasi AI meluas ke bidang lain seperti mode, desain interior, dan perencanaan keuangan. Namun, meskipun AI dapat meningkatkan efisiensi layanan kesehatan, masih dibutuhkan tenaga medis manusia untuk interpretasi dan pengambilan keputusan yang kompleks.
Demikianlah prediksi dari para pakar mengenai inovasi yang mungkin muncul berkat AI. Ini bisa saja menggantikan sejumlah profesi, namun di sisi lain, teknologi semacam ini dapat membuka peluang baru yang belum pernah ada sebelumnya.
Terkait apakah AI akan mengancam pekerjaan atau justru menciptakan lapangan kerja baru, jawabannya bergantung pada bagaimana individu beradaptasi dengan perubahan ini.
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz