Sama seperti pasar elektronik lain, pasar televisi (tv) di Indonesia mengalami stagnasi dalam tiga tahun terakhir. Hal ini terjadi karena adanya krisis ekonomi. Selain itu, kondisi politik tak menentu menyebabkan banyak projek tertahan sehingga penjualan elektronik ke projek tersebut terhambat. Belum lagi tv adalah barang tersier sehingga konsumen menahan diri untuk membeli. Hal ini dikatakan oleh Erwin Lim, Product Manager Audio Visual PT Panasonic Gobel Indonesia di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Meski pasar tv cenderung stagnan, Panasonic tetap melihat adanya peluang dalam memasarkan produk ini. Apalagi jika dilihat dari persaingan pasar, Panasonic cukup percaya diri dalam merebut pangsa pasar tv Tanah Air. Erwin menjelaskan, Panasonic baru fokus pada tv dalam beberapa tahun terakhir. Tapi, untuk pangsa pasar, pihaknya mengklaim sudah menyamai Sharp.
“Bahkan, kami shifting dan melewati Polytron dan Toshiba. Kami menargetkan dalam tiga tahun mendatang kami menjadi tiga atau dua besar. Untuk tahun ini, kami ingin menyamai Sharp dari segi penjualan,” kata Erwin.
Untuk target tahun ini, Panasonic menargetkan dapat menjual 250 ribu- 300 ribu tv. Tahun 2016, Panasonic mencatatkan penjualan tv sebanyak 200 ribu. Tahun ini, Panasonic akan mengeluarkan model seperti tahun 2016 sekitar 22 line up.
Sepanjang tahun lalu, TV LED basic ukuran tv 32 inch memberikan kontribusi penjualan terbesar. Tahun 2017, tv model ini akan tetap menjadi primadona. Alasan Tv 32 inch menjadi pilihan banyak kosumen adalah karena harganya yang terjangkau. Panasonic membanderol produk tersebut dengan harga di kisaran Rp 2,5-3,5 juta. Tentu, harga ini sangat sesuai dengan kantong para konsumen.
Sementara untuk TV 4K yang Panasonic tawarkan, memang pasarnya akan terus berkembang. Namun, lanjut Erwin, tidak sebesar yang mereka harapkan. “Kami berharap tumbuh 3 hingga 4 kali lipat, mungkin tumbuh 150%, tapi angka lebih besar di tv 32 inch,” tandasnya.
Editor: Eko Adiwaluyo