Penggalangan Dana Secara Online Kian Jadi Primadona

marketeers article
Crowdfunding Fundraising Contribution Investment Concept

Setelah berhasil menggalang dana hingga Rp 3,1 miliar untuk membangun masjid di Chiba, kini komunitas muslim Indonesia di Jepang kembali melakukan penggalangan dana secara online di platform Kitabisa.com. Komunitas muslim Indonesia terancam gagal memiliki masjid di Tokyo yang telah diidamkan sejak 18 tahun lamanya.

Saat ini, masjid sudah dalam tahap konstruksi. Masjid tersebut direncanakan selesai pada pertengahan April mendatang. Sayangnya, dana yang harus dibayarkan masih kurang sekitar 36 juta yen atau sekitar Rp 4,2 miliar.

Kampanye yang diinisiasi oleh komunitas muslim setempat ini bisa diakses di laman https://kitabisa.com/masjidindonesiatokyo. Hingga 29 Januari 2017, telah terkumpul dana sekitar Rp 771 juta dari target kampanye, Rp 5 miliar rupiah.

Wilopo, Ketua Umum Keluarga Masyarakat Islam Indonesia (KMII) di Tokyo Jepang berharap agar lebih banyak pihak yang turut mendukung pembangungan masjid ini. “Kami masih membuka diri bagi para penyumbang untuk pembangunan masjid Indonesia di Tokyo,” kata Wilopo.

CEO Kitabisa.com Alfatih Timur mengatakan  success story yang dihasilkan oleh Masjid Chiba mendorong komunitas muslim di Tokyo untuk memulai penggalangan dana publik melalui Kitabisa.com. “Saya kira, tren menggalang dana publik secara online kian menjadi primadona. Penggalangan dana secara gotong royong netizen lintas suku, ras, negara, hingga agama seperti ini membuat kami kian termotivasi untuk menciptakan platform yang lebih baik,” kata Alfatih.

Alfatih menambahkan, selain Chiba dan Tokyo, kampanye galang dana pembangunan masjid juga terdapat di Auckland, NTT, Papua, dan berbagai daerah lain di Indonesia. Bukan hanya masjid, beberapa kampanye pembangunan rumah ibadah agama lain juga diinisiasi di Kitabisa.com. Misalnya Pembangungan Gereja Samboja Balikpapan yang telah mengumpulkan 79 juta rupiah danpembangunan Budhist Center di Baturaja yang telah mengumpulkan dana 174 juta rupiah.

“Hal ini menunjukkan bagaimana setiap orang dengan berbagai latar belakang agama apapun bisa membuat kampanye galang dana dan berhasil. Dengan teknologi kami berusaha membuat galang dana antar sesama teman, alumni, dan komunitas menjadi lebih mudah, viral dan transparan,” pungkas Alfatih.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related