5 Cara Menyusun Strategi Marketing yang Lebih Humanis

marketeers article
Ilustrasi tim marketing. (FOTO: 123RF)

Penggunaan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dalam strategi marketing sudah lumrah di era kini. Tapi, sentuhan manusia masih tetap dibutuhkan untuk membuat strategi marketing yang lebih humanis.

Mengingat, sentuhan manusia menjadi hal yang belum bisa digantikan, bahkan dengan mesin sekalipun. Karena, konsumen tak ingin merek sekedar berdagang semata, tapi kosumen ingin agar merek juga bisa lebih humanis dengan memperhatikan hal-hal kecil.

Tapi, kini membuat konten marketing yang humanis bisa dilakukan dengan analisis yang bisa dibantu oleh AI yang dipadukan dengan kreativitas dari manusia.

Dikutip dari SearchEngineJournal, berikut adalah lima cara membuat strategi pemasaran, baik dari konten, hingga customer experience yang lebih humanis:

1. Fokus pada Konten yang Membantu Pengguna

Biasanya, pendekatan paling umum dalam konten pemasaran untuk merek adalah menciptakan konten dalam skala besar. Merek akan menulis tentang setiap kata kunci yang bahkan secara remote terkait dengan produk mereka. Karenanya, merek membutuhkan strategi baru.

Sudah waktunya untuk merek berpaling dari volume pencarian dan menuju konten yang berkaitan secara mendalam dengan audiens dan menawarkan wawasan unik. Merek perlu mengandalkan riset audiens dan wawasan pengguna untuk membuat konten yang jauh lebih disesuaikan dengan perjalanan pengguna yang sebenarnya.

Cara untuk melakukannya adalah dengan menerapkan kerangka kerja jobs to be done dan memetakan perjalanan pengguna tipikal pelanggan ideal Anda. Buatlah komite dari para ahli untuk menghasilkan ide-ide konten yang dapat membantu pelanggan ideal Anda dengan tugas mereka.

BACA JUGA: 5 Growth Strategy dalam Teori Jobs to Be Done, Perusahaan Kejar Apa?

2. Manfaatkan Seluruh Saluran untuk Riset Audiens

Memahami audiens Anda akan membantu Anda membuat konten yang memungkinkan Anda terhubung lebih dalam dengan mereka. Bagaimana konsumen berinteraksi dengan merek Anda bisa Anda dimanfaatkan untuk riset audiens Anda.

Konsumen seringkali berinteraksi dengan merek melalui fitur chat di e-commerce, layanan customer service, komunitas online, atau wawancara riset pasar. Anda dapat menggunakan interaksi ini untuk mengidentifikasi pain point yang dialami oleh konsumen.

3. Buat Konten Video Dari Artikel Terbaik

Biasanya, merek memiliki blog yang diisi oleh artikel-artikel seputar perusahaan, hingga konten-konten yang relevan dengan konsumennya. Membuatnya menjadi konten video dan menautkannya pada artikel yang dibuat akan membuatnya lebih menarik.

BACA JUGA: 5 Cara Menjadi Customer Service yang Humanis dan Penuh Empati

Dengan tren konten mengarah pada user generated content, maka merek tidak perlu membuat video dengan teknis yang profesional. Merek dapat meminta penulis artikel tersebut untuk membuat video, atau bekerja dengan brand ambassador merek jika ada.

Teknik ini dapat memperkaya artikel merek yang sudah ada dan memberi merek kesempatan untuk memposting video di situs pihak ketiga seperti YouTube atau TikTok.

4. Tawarkan Sudut Pandang Autentik

Tetapkan citra merek yang jelas dan unik yang mencerminkan nilai dan kepribadian perusahaan Anda. Citra merek harus konsisten di semua konten.

Cari dan sertakan cerita dan pengalaman pribadi dari tim dan klien Anda dalam konten Anda. Ini bisa berupa studi kasus, wawancara, atau kutipan yang menambah sentuhan manusiawi pada konten Anda.

5. Ajak Karyawan Sebagai Influencer

Tidak ada yang lebih memahami konten yang Anda buat kecuali Anda sendiri. Artinya, pembuat konten marketing dalam perusahaan tentu lebih paham tentang konten yang mereka buat.

BACA JUGA: Bangun Sisi Humanis pada Brand dengan Human-Centric Marketing

Karenanya, merek bisa mengajak para pembuat konten untuk membagikan konten yang dibuat di jaringan media sosial pribadinya. Selain menambah jaringan, konten marketing yang dibagikan oleh pembuat kontennya akan memiliki sisi humanis karena dibagikan melalui akun personal.

Di sisi lain, pembuat konten memiliki kebanggaan tersendiri untuk mengunggah konten yang dibuatnya.

Kesimpulannya, tak melulu AI menjadi pemecah masalah atau panacea bagi kompleksnya cakupan marketing saat ini. Bukan artinya merek tak perlu menggunakan AI, tapi merek juga perlu teliti, apakah kontennya masih terasa manusiawi.

Editor: Eric Iskandarsjah

Related

award
SPSAwArDS