Serial live-action bertajuk Star Wars: The Acolyte dari Lucasfilm resmi tayang secara eksklusif di Disney+ Hotstar. Berdasarkan Star Wars karya George Lucas, Star Wars: The Acolyte digarap oleh Leslye Headland. Perempuan ini juga berperan sebagai produser eksekutif dan sutradara untuk beberapa episode serial ini.
Star Wars: The Acolyte mengisahkan sebuah investigasi terhadap kejahatan beruntun yang mengejutkan, mengadu seorang Jedi Master yang dihormati dengan seorang pejuang berbahaya dari masa lalunya.
Serial ber-genre thriller misteri ini akan mengajak penonton ke dalam area abu-abu dari berbagai tema universal, seperti kekuasaan, benar dan salah, terang dan gelap.
Lebih dari itu, terdapat beberapa fakta menarik dari serial baru Star Wars yang satu ini, berikut ulasannya.
1. Melibatkan berbagai aktor dan aktris papan atas
Star Wars: The Acolyte melibatkan aktor papan atas seperti Lee Jung-jae, pemenang piala Golden Globe untuk Best Television Actor–Drama Series.
Selain itu, serial ini juga dibintangi Amandla Stenberg sebagai Mae Aniseya, Manny Jacinto sebagai Qimir, Dafne Keen sebagai Jecki, Charlie Barnett sebagai Yord, Jodie Turner-Smith sebagai Mother Aniseya, Rebecca Henderson sebagai Vernestra Rwoh, Dean-Charles Chapman sebagai Master Torbin, Joonas Suotamo sebagai Kelnacca, dan Carrie-Anne Moss sebagai Master Indara.
2. Mengedepankan aspek visual, koreografi, dan penggambaran era kejayaan Jedi
Star Wars: The Acolyte menampilkan galaksi serta era puncak kejayaan Jedi, yang belum pernah diperlihatkan dalam live-action Star Wars lainnya.
Warna menjadi kunci visual utama untuk mencerminkan era kejayaan tersebut, sekaligus menggambarkan motivasi samar-samar dari para karakter dibandingkan stratifikasi yang jelas antara kebaikan dan kejahatan, yang banyak ditunjukkan dalam berbagai proyek Star Wars.
Elemen koreografi juga banyak ditampilkan, seperti seni bela diri, pertarungan dengan tangan kosong dan senjata untuk menguatkan adegan aksi dari para karakter.
3. Desain produksi dikerjakan oleh mastermind di balik film “Star Wars: The Rise of Skywalker”
Kevin Jenkins yang juga mengerjakan desain produksi untuk Star Wars: The Rise of Skywalker, berusaha membangun berbagai dunia baru untuk The Acolyte. Film ini berlatar waktu 100 tahun sebelum live-action Star Wars lainnya.
Kevin juga menciptakan versi galaksi yang lebih tua dan damai daripada yang biasanya ditunjukkan dalam Star Wars sejauh ini. Ia berusaha mengembangkan bahasa visualnya sendiri dan membayangkan ulang segalanya, seperti desain pesawat luar angkasa hingga gaya lampu yang digunakan dalam interior.
4. Banyak mengambil referensi tone dari film yang berbeda-beda
Leslye Headland mengungkapkan bahwa ia terinspirasi dari berbagai film, seperti “Kill Bill”, “Frozen”, “Crouching Tiger, Hidden Dragon” dan film seni bela diri Wuxia lainnya.
“Bagi saya, Star Wars selalu mengenai anggota keluarga dengan keyakinan yang berlawanan dan drama yang muncul karena hal tersebut. Saat mengerjakan ‘The Acolyte’, saya mengambil inspirasi dari media yang memperlihatkan dinamika keluarga sambil menikmati tontonan,” ungkap Leslye Headland, dikutip dari keterangan persnya.
5. Scoring dan musik dikerjakan oleh pemenang piala Oscar tahun 2017
Michael Abels, sosok di balik scoring “Get Out”, film pemenang piala Oscar tahun 2017 sekaligus pemenang dari World Soundtrack Award untuk film “Us”, juga terlibat dalam pengerjaan scoring dan musik yang dinamis untuk serial ini.
Ia merasa tertantang untuk menyeimbangkan warisan score dari Star Wars dengan sesuatu yang baru.
“Ada saat di mana musiknya terdengar khas Star Wars, sehingga terasa hidup bersama seluruh galaksi. Dan ada kalanya Anda melihat hal-hal yang belum pernah kita lihat di film atau acara lain,” jelas Michael Abels.
Michael Abels mengatakan bahwa memang seharusnya terasa seperti itu. “Ada saat-saat yang terasa familier, ada pula yang terasa asing, dan ini memang disengaja. Jadi kami mulai mengerjakan bagian mana yang akan berada pada satu sisi spektrum atau sisi lainnya,” tutupnya.