Fenomena cek khodam tengah viral di media sosial, khususnya TikTok. Tren ini bermula ketika beberapa akun di platform tersebut melakukan live streaming, yang mana si pembawa acara akan mengungkapkan jenis khodam penonton berdasarkan namanya.
Wujud khodam yang diungkapkan pun beragam. Di antaranya berbentuk macan putih, macam kumbang, naga, jin qorin, ular, buaya putih, ratu, harimau loreng, nenek tua, singa api, buto ijo, hingga singo barong.
Lantas, sebenarnya apa khodam itu? Berikut sejumlah faktanya:
BACA JUGA: Istilah Humble Brag Viral di Media Sosial, Merendah untuk Meroket?
Sosok Penjaga
Wijaya dalam buku Master Khodam (2019) menjelaskan kalau istilah yang tengah viral ini diambil dari bahasa Arab yang berarti pembantu, penjaga, atau pengawal. Karena itulah, istilah tersebut identik dengan sosok jin dalam tubuh seseorang untuk menjaganya dari hal-hal buruk.
Dipercaya Bisa Membantu Manusia
Masih bersumber dari buku yang sama, khodam dalam tradisi Kejawen diyakini bisa membantu manusia dalam urusan tertentu. Beberapa orang meyakini bahwa itu merupakan jin baik yang datang atas perintah leluhur atau nenek moyang.
Beberapa sumber bahkan mengatakan sosok pembantu tersebut selalu mendampingi tuannya. Ia senantiasa mengikuti dan bersiap melakukan perinta-perintah yang diberikan oleh pemiliknya.
BACA JUGA: Perlukah Mencuci Pembalut Bekas Pakai sebelum Dibuang?
Berbeda dengan Jin
Meski sama-sama makhluk halus, Abimanyu dalam Ilmu Mistik Kejawen (2021) menjelaskan bahwa khodam berbeda dengan jin maupun setan. Sosok gaib ini tidak bernafsu dan tidak pula berjenis kelamin.
Tak Semua Orang Punya Khodam
Tidak semua orang memiliki khodam, sebab sosok gaib ini hanya menyertai orang spesial yang punya hubungan khusus dengan leluhurnya. Ini biasanya ditugaskan oleh leluhur tersebut untuk menjaga seseorang.
Khodam adalah Ego State
Sementara itu, dari sisi ilmiah, khodam termasuk sebagai bentuk ego state. Ini merupakan kombinasi perasaan dan pengalaman seseorang yang tercipta dari pengalaman-pengalaman yang memiliki emosional tinggi, seperti trauma atau fobia.
Editor: Ranto Rajagukguk