5 Gaya Kepemimpinan Steve Jobs yang Masih Relevan, Patut Dicontoh!

Steve Jobs dikenal sebagai sosok pemimpin yang inspiratif sekaligus kontroversial. Meski sering dianggap arogan, perfeksionis, dan terkadang keras terhadap timnya, tak bisa dimungkiri bahwa kepemimpinannya membawa perubahan besar dalam dunia teknologi.

Gaya kepemimpinannya yang tegas dan visioner masih relevan hingga saat ini, sehingga cocok dijadikan acuan. Melansir Inc., berikut adalah lima kebiasaan kepemimpinan Steve Jobs yang membedakan pemimpin hebat dari bos yang buruk:

BACA JUGA: Hindari Gaya Kepemimpinan Superman agar Tidak Burnout

Menghargai Orang yang Berani Menantang Ide

Jobs tidak mencari karyawan yang hanya mengikuti perintah, melainkan individu yang mampu berpikir kritis dan berani mempertanyakan ide, termasuk gagasannya sendiri. Ia percaya bahwa seorang pemimpin harus merekrut orang-orang cerdas bukan untuk diberi tahu apa yang harus dilakukan, tetapi agar mereka bisa memberikan gagasan baru.

Ia pernah mengatakan, “Tidak masuk akal jika kita mempekerjakan orang-orang pintar lalu memberi tahu mereka apa yang harus dilakukan. Kita mempekerjakan orang-orang pintar agar mereka bisa memberi tahu kita apa yang harus dilakukan.”

Punya Visi dan Gairah yang Kuat

Jobs selalu bekerja dengan semangat tinggi dan memiliki visi yang jelas. Ia juga menjalani visi yang ia bangun dengan yakin. Sebab baginya, kesuksesan bukan hanya soal keuntungan, tetapi tentang menciptakan sesuatu yang berdampak besar.

Fokus Tanpa Kompromi

Salah satu saran terbaik yang pernah diberikan Jobs adalah kepada Larry Page, pendiri Google. Jobs menyarankan Google untuk memilih hanya beberapa produk utama dan mengembangkan mereka dengan maksimal.

BACA JUGA: Cara Meningkatkan Produktivitas yang Realistis

“Apa lima produk utama yang ingin kamu fokuskan? Tentukan lima produk utama yang ingin Anda kembangkan dan tinggalkan yang lain, karena itu hanya memperlambatmu dan membuat produkmu biasa saja, bukan luar biasa,” kata Jobs dalam biografi yang ditulis Walter Isaacson.

Mengandalkan Intuisi

Jobs tidak sepenuhnya bergantung pada riset pasar atau survei pelanggan. Ia percaya bahwa pemimpin sejati harus mampu memahami kebutuhan pelanggan, bahkan jauh sebelum mereka menyadarinya sendiri.

Ia belajar pentingnya intuisi saat berkunjung ke India setelah lulus kuliah. Menurutnya, orang di sana lebih mengandalkan insting daripada logika. “Menurut saya, intuisi itu sangat kuat. Bahkan, lebih kuat dari kecerdasan,” ujarnya.

Ini menunjukkan bahwa riset pasar memang penting, namun kepekaan terhadap tren dan kebutuhan pelanggan juga tak kalah krusial.

Menekankan Interaksi Tatap Muka

Pada era digital, banyak perusahaan yang mengandalkan komunikasi daring. Namun, Jobs justru menekankan pentingnya diskusi langsung untuk mendorong kreativitas. Ia menolak ide bahwa inovasi bisa berkembang hanya melalui email atau pesan instan.

“Kreativitas muncul dari pertemuan spontan, dari diskusi tak terduga. Anda bertemu seseorang, bertanya apa yang sedang mereka lakukan, lalu tiba-tiba muncul ide baru,” ujarnya.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS