5 Kesalahan Kepemimpinan yang Bisa Menghambat Kesuksesan Tim

kesalahan kepemimpinan
Ilustrasi (Foto: 123rf)

Kepemimpinan yang baik tidak hanya ditentukan oleh keterampilan komunikasi, empati, dan visi yang kuat. Kemampuan untuk mengenali kebiasaan buruk yang bisa menghambat kesuksesan tim juga sama pentingnya.

Pasalnya, tanpa disadari, perilaku negatif pemimpin dapat menciptakan lingkungan kerja yang tidak kondusif, menurunkan semangat tim, hingga menghambat kesuksesan bersama. Beberapa pemimpin mungkin tidak menyadari bahwa kebiasaan buruk mereka berdampak negatif.

Padahal, kepemimpinan yang efektif bukan hanya mengandalkan kekuatan, tetapi juga tentang berani memperbaiki kelemahan. Melansir Forbes, berikut lima perilaku kepemimpinan yang perlu dihindari agar tim dapat berkembang secara optimal:

BACA JUGA: Gen Z Suka Pura-Pura Sibuk di Tempat Kerja, Pakar Ungkap Penyebabnya

Micromanaging

Terlalu mengontrol pekerjaan tim atau micromanaging bisa membuat anggota tim merasa tidak dipercaya dan tidak mandiri. Alih-alih meningkatkan kualitas kerja, perilaku ini justru menurunkan produktivitas karena tim merasa tidak diberi ruang untuk berkembang.

Untuk mengatasi kebiasaan ini, seorang pemimpin perlu mempercayai timnya dengan memberi mereka keleluasaan dalam menyelesaikan tugas. Juga harus membiasakan diri memberi arahan yang jelas di awal, lalu biarkan tim mengambil tanggung jawabnya.

Menghindari Percakapan Sulit

Seorang pemimpin yang enggan memberikan umpan balik atau menunda pembicaraan penting akan membuat masalah semakin besar. Menghindari percakapan sulit, seperti memberikan kritik membangun atau menangani konflik, bisa menyebabkan ketidakjelasan dalam tim dan memperburuk situasi.

Untuk mengatasi kebiasaan ini, seorang pemimpin harus mengubah sudut pandangnya dalam melihat umpan balik. Anggaplah hal tersebut sebagai kesempatan untuk pertumbuhan, bukan sebagai kritik. Buat pula budaya komunikasi terbuka agar tim merasa nyaman mendiskusikan masalah.

Mengambil Kredit, tapi Menyalahkan Orang Lain

Pemimpin yang hanya mengeklaim keberhasilan tetapi enggan bertanggung jawab atas kegagalan akan membuat tim kehilangan motivasi. Kepercayaan dalam tim akan menurun jika pemimpin hanya mengambil keuntungan dari hasil kerja tim tanpa memberikan apresiasi.

BACA JUGA: 70% Gen Z Anggap Posisi Manajerial Tak Sepadan dengan Beban Kerja

Agar tim tidak merasa pemimpinnya demikian, gunakanlah kata “kita” alih-alih “saya” saat membicarakan pencapaian bersama. Hargai juga kontribusi setiap anggota tim, baik secara pribadi maupun di depan umum.

Kurang Memiliki Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional (EQ) sangat penting dalam kepemimpinan karena berpengaruh pada cara seorang pemimpin berkomunikasi, menyelesaikan konflik, dan memahami kebutuhan tim. Pemimpin yang kurang peka terhadap emosi timnya bisa menyebabkan ketidaknyamanan dan menurunkan motivasi kerja.

Untuk mengatasi kebiasaan ini, seorang pemimpin harus belajar mengendalikan emosi dengan mengambil waktu sebelum merespons situasi sulit. Dengarkan pula tim secara aktif dan validasi perasaan mereka.

Tidak Berinvestasi pada Pengembangan Tim

Pemimpin yang hanya fokus pada hasil jangka pendek tanpa memperhatikan pengembangan anggota tim akan sulit mempertahankan karyawan berbakat. Tanpa peluang pertumbuhan, anggota tim bisa merasa stagnan dan memilih untuk pergi.

Untuk mencegah hal tersebut, seorang pemimpin harus mendorong pertumbuhan individu dengan memberikan kesempatan belajar dan pelatihan. Anggaplah pengembangan tersebut sebagai investasi, bukan pengeluaran semata.

Editor: Tri Kurnia Yunianto

Related

award
SPSAwArDS