Marketing 6.0 atau immersive marketing adalah tahap terbaru dalam evolusi pemasaran dengan berfokus pada penciptaan pengalaman pelanggan yang imersif. Pengalaman yang dimaksud ini melibatkan semua indera serta memberikan interaksi yang mendalam dan menyeluruh.
CEO MarkPlus, Inc. dan Marketeers sekaligus penulis buku Marketing 6.0 Iwan Setiawan dalam kanal YouTube Marketeers TV yang dilansir Senin (15/7/2024) menjelaskan ada lima komponen utama yang harus dipenuhi untuk menciptakan immersive marketing yang efektif.
Kelima komponen tersebut adalah sebagai berikut:
Multisensory Experience
Pengalaman imersif harus mampu menstimulasi lima indera utama, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, dan pengecap. Ketika semua indera terlibat, pelanggan akan merasa lebih terhubung dan terlibat dalam pengalaman tersebut.
Iwan mencontohkan pengalaman imersif yang demikian bisa dirasakan dalam konser musik. Ini memungkinkan penonton untuk melihat penampilan langsung, mendengar musik, merasakan getaran bass, mencium aroma makanan dari stand makanan, hingga merasakan suasana melalui interaksi fisik dengan lingkungan sekitar.
BACA JUGA: Marketing 6.0 dan 5 Tren Pendukung Hadirnya Pemasaran Immersive
Interaktif
Iwan menekankan bahwa interaksi dua arah adalah kunci dari pengalaman imersif. Ini berarti pelanggan tidak hanya menjadi penonton pasif, tetapi juga berpartisipasi aktif dalam pengalaman.
“Interaksi adalah inti dari hubungan pelanggan yang kuat. Dalam era digital ini, kita harus memanfaatkan teknologi untuk menciptakan pengalaman yang benar-benar interaktif,” ujarnya.
Interaksi tersebut dapat terjadi antara pelanggan dengan merek atau antara pelanggan satu dengan lainnya. Misalnya, dalam sebuah acara live streaming, penonton dapat berkomentar dan berinteraksi langsung dengan pembawa acara.
Partisipatif
Pengalaman imersif harus melibatkan partisipasi aktif dari pelanggan agar menciptakan rasa kepemilikan dan keterlibatan yang lebih besar. Misalnya, dalam sebuah acara peluncuran produk, pelanggan dapat mencoba produk baru dan memberikan umpan balik langsung.
“Partisipasi aktif pelanggan dalam proses pemasaran akan meningkatkan keterlibatan dan loyalitas mereka terhadap merek,” ujar Iwan.
Frictionless Experience
Pengalaman yang mulus tanpa hambatan adalah ciri lain dari pemasaran imersif. Teknologi haruslah digunakan untuk menghilangkan titik-titik gesekan dalam perjalanan pelanggan, hingga membuat setiap langkah lebih mudah dan nyaman.
Iwan mencontohkan komponen ini dalam penggunaan pembayaran tanpa kontak, check-out mandiri di toko, atau aplikasi mobile yang memungkinkan pelanggan memesan dan membayar tanpa harus mengantre.
BACA JUGA: Hermawan Kartajaya, Immersive Marketing, serta Pengalaman Unik di World of Frozen dan Sphere
Storytelling
Pengalaman imersif yang efektif selalu memiliki elemen storytelling yang kuat. Pasalnya, cerita akan mengikat semua komponen pengalaman menjadi satu kesatuan yang kohesif dan bermakna.
Sebuah cerita yang baik tidak hanya menghibur, tetapi juga menginspirasi dan membangun hubungan emosional dengan pelanggan. Misalnya, dalam sebuah pameran produk, cerita tentang bagaimana produk itu dibuat dan nilai-nilai di balik merek tersebut dapat membuat pengalaman lebih mendalam dan bermakna.
Iwan lantas mencontohkan konser musik sebagai pengalaman imersif karena memenuhi kelima komponen tersebut. Dalam hal multisensory, penonton menikmati musik (pendengaran), melihat pertunjukan visual (penglihatan), merasakan getaran dari bass (peraba), mencium aroma makanan dari stand makanan (penciuman), dan mungkin mencicipi makanan di acara tersebut (pengecap).
Dalam hal interaktif, terjadi interaksi antara artis dan penonton, seperti bernyanyi bersama atau meminta penonton mengangkat tangan. Selanjutnya, dalam hal partisipatif, penonton bisa ikut serta dengan naik ke panggung atau menyanyi bersama.
Sementara itu, komponen frictionless experience bisa dirasakan melalui pembelian tiket yang mudah melalui aplikasi, check-in dengan scan QR code, dan pembelian merchandise yang cepat. Adapun komponen storytelling dalam konser musik digambarkan dari setlist dan penampilan artis menceritakan perjalanan musikal mereka.
Ini membuat penonton merasa lebih terhubung dengan artis dan musiknya.
Editor: Ranto Rajagukguk