5 Langkah Tepat untuk Menjadi Teman Curhat yang Baik

marketeers article
Ilustrasi. (Sumber: 123rf)

Menjadi teman curhat yang baik kerap disepelekan oleh banyak orang. Padahal, peran tersebut begitu penting bagi kesehatan mental orang terdekat.

Ketika ada orang terdekat yang mengalami masalah, banyak dari kita beranggapan bahwa dengan mendengarkan curahan hatinya saja sudah cukup.

Jessica, seorang psikolog di platform aplikasi KALM mengatakan setiap orang memiliki potensi untuk menjadi teman curhat yang baik.

“Sebenarnya, setiap orang memiliki potensi untuk menjadi teman curhat yang baik. Akan tetapi, sebelum itu pastikan untuk jujur pada diri sendiri dengan membatasi kemampuan diri,” ujar Jessica saat ditemui Marketeers beberapa waktu lalu.

Menurut Jessica, komunikasi yang jujur akan membantu menghindari situasi saat satu sama lain merasa tertekan. Ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan untuk menjadi teman curhat yang baik.

Bukan hanya soal mendengarkan, tapi juga tentang memberikan perhatian, ruang, dan validasi yang mereka butuhkan.

BACA JUGA Tak Perlu Dipaksa, Ini 5 Tanda Seseorang Enggan Berteman Lagi

1. Beri perhatian penuh

Jessica mengatakan saat teman sedang curhat, pastikan bahwa spotlight harus beralih ke teman.

“Memberi perhatian penuh sangat penting untuk dilakukan agar teman kita merasa didengarkan dan dipahami. Jauhkan pikiran dari topik ‘aku,aku,aku’ dan fokuskan pada cerita teman,” kata Jessica.

Biarkan mereka mengungkapkan apa yang ada di benaknya tanpa interupsi. Perhatikan egonya dan jadilah pendengar yang aktif.

2. Beri ruang dan waktu

Tidak semua momen cocok dan nyaman untuk obrolan deep talk. Sebab itu, pastikan untuk memberikan ruang dan waktu tepat ketika teman ingin bercerita.

“Kalau mau ngobrol cukup serius, perhatikan tempat dan waktunya. Hindari obrolan berat di waktu yang tidak tepat, seperti di tengah malam, jika tidak mendesak. Kemudian, pastikan juga lingkungannya nyaman,” kata Jessica.

BACA JUGA Lingkup Pertemanan Makin Kecil Seiring Bertambah Usia, Apa Sebabnya?

3. Ajukan pertanyaan

Sepanjang teman bercerita, bukan hanya perlu mendengarkan. Diperlukan kepekaan untuk mengetahui waktu yang tepat untuk bertanya dan hanya mendengarkan.

“Perlu kepekaan untuk mengetahui teman butuh didengarkan, atau ditanya. Ajukan pertanyaan, tapi bukan berarti semua pertanyaan ditanyakan,” ucap Jessica.

Pastikan untuk mengajukan pertanyaan yang relevan untuk membantu mereka menggali lebih dalam masalah yang sedang dihadapi, tetapi hindari memberikan terlalu banyak pertanyaan yang mungkin malah membuat mereka merasa diinterogasi.

4. Validasi perasaan teman

Setiap perasaan yang dirasakan itu penting untuk divalidasi. Sebab itu, menurut Jessica, penting untuk memvalidasi perasaan yang dialami teman.

“Dengan mengakui perasaan mereka, kamu menunjukkan empati dan membuat mereka merasa dimengerti,” kata Jessica.

Akan tetapi, Jessica menambahkan perlu kehati-hatian untuk memvalidasi perilaku yang dilakukan teman. Pastikan bahwa saran atau advice yang diberikan berdasarkan logika dan tidak hanya berdasarkan emosi.

“Jika teman kamu menunjukkan perilaku yang membahayakan, inilah saatnya untuk mendorong mereka mencari bantuan profesional,” ujarnya.

BACA JUGA Teman Nyatakan Perasaan, Apa yang Harus Dilakukan?

5. Eksplor bantuan profesional

Terakhir, ada kalanya dukungan dari teman terdekat tidak cukup, Penting bagi kita menyadari kapasitas diri sebagai teman. Ingatlah bahwa sebagai teman kita hanya bisa mendengarkan dan bertanya.

“Penting untuk mengetahui kapan teman kita membutuhkan bantuan profesional. Salah satu pertandanya adalah bila sudah muncul keinginan teman untuk menyakiti diri,” ucap Jessica.

Jika mereka tidak menunjukkan perubahan yang signifikan setelah berusaha membantu, maka saatnya mereka berkonsultasi dengan profesional. Menjadi teman curhat yang baik bukan hanya soal mendengarkan, tetapi juga tentang memberikan ruang, waktu, dan dukungan yang dibutuhkan dengan bijak

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS