5 Mitos Email Marketing yang Harus Diketahui Merek dan Pemasar

marketeers article
Ilustrasi email. (123rf.com)

Dengan berkembangnya platform media sosial, banyak pengusaha bertanya-tanya apakah mereka harus meninggalkan email dan memaksimalkan strategi yang lebih baru. Namun, tahukah Anda email masih menjadi channel pemasaran terbesar kedua bagi perusahaan rintisan (startup), tepat setelah media sosial?

Mengapa demikian? Ini semua berkat biayanya yang rendah dan return on investment (ROI) yang besar. Berdasarkan studi dari Litmus, email tetap menjadi salah satu ROI terbaik. 

BACA JUGA: Intip Strategi Seasonal Marketing ala Swiss-Belresort Dago Heritage

Pasalnya, perusahaan bisa mendapatkan keuntungan sebesar US$ 38 untuk setiap dolar Amerika Serikat (AS) yang mereka keluarkan untuk email marketing. Namun, dengan terus berkembangnya teknologi dan dunia digital justru menghadirkan mitos-mitos yang membuat para merek dan pemasar enggan menjalankan email marketing

Apa saja mitos tersebut? Berikut selengkapnya seperti dikutip dari Forbes:

Email marketing sudah mati

Berdasarkan data dari Oberlo, 80% bisnis mengandalkan email sebagai channel utama retensi pelanggan. Dengan demikian, mereka menggunakan email untuk menjaga pelanggan yang sudah ada agar tetap terhubung dan bisa membawa konsumen kembali. 

Namun, bukan hanya itu saja. HubSpot menemukan 60% konsumen melakukan pembelian berkat email marketing yang mereka terima. Ini adalah bukti besar akan kekuatan email marketing dalam meningkatkan pendapatan bisnis. 

BACA JUGA: Bersama Garasi Drift, Subaru Kembali Terapkan Strategi Sports Marketing

Orang tidak membaca email

Tak sedikit orang yang mendengar mitos ini dan bahkan setuju dengan pendapat tersebut. Harus diakui inbox email seseorang dipenuhi puluhan bahkan ratusan informasi setiap hari. 

Bahkan, banyak orang yang langsung menghapus email-email tersebut dan memindahkan ke folder sampah atau spam. Namun, menurut HubSpot, 46% pengguna smartphone masih lebih suka memperoleh informasi dari merek melalui email ketimbang channel lainnya. 

BACA JUGA: Tak Butuh Dana Besar, Ini 3 Mitos Besar Influencer Marketing

Jika Anda membangun kepercayaan dan mengirimkan konten yang relevan, pelanggan akan menyambut email Anda dengan terbuka. Statistik ini juga menyoroti pentingnya menempatkan perhatian pada kampanye Anda dengan menggunakan baris subjek yang menarik dan elemen email lainnya agar menonjol di inbox

Anak muda tidak menggunakan email

Generasi Z (Gen Z) dan milenial adalah generasi yang akan memiliki daya beli besar di masa depan. Masuk akal jika para merek dan pemasar mencari cara-cara baru dan inovatif untuk mendekati mereka. 

BACA JUGA: Telkomsel dan Bstation Bidik Pecinta Anime Lewat Community Marketing

Apalagi, Gen Z dan milenial lebih banyak menghabiskan waktu di smartphone, termasuk mengakses media sosial. Stereotip ini membuat banyak orang berasumsi bahwa Gen Z dan milenial terlalu terobsesi dengan TikTok dan Instagram sehingga tidak cocok dengan strategi kuno, seperti email. 

Namun, menurut Attest U.S. Consumer Trend Report, 53% Gen Z menyukai email rutin setiap pekan dari merek-merek favorit mereka. Untuk generasi milenial bahkan jumlahnya mencapai 66%. 

BACA JUGA: 7 Pelajaran dari Strategi Influencer Marketing PUMA dan UNIQLO

Tentu saja, Anda harus menyesuaikan pendekatan dengan setiap audiens, tetapi jangan pernah mengabaikan email. Segmen generasi ini masih menggunakan dan menyukainya.

Open rates email rendah

Mitos berikutnya yang kerap dibandingkan dengan platform media sosial adalah open rates email yang rendah. Open rate menjadi matriks penting dari digital marketing karena ini memberi tahu Anda seberapa banyak orang yang membuka dan membaca email Anda.  

Tolok ukur MailChimp memberi tahu rata-rata open rates email di semua industri adalah 34,23%. Meskipun mungkin tidak terdengar luar biasa, namun angka ini juga tidak buruk.  

Dengan optimalisasi, angka tersebut bisa tumbuh jauh lebih tinggi dan menghasilkan keuntungan. Seperti yang telah dilaporkan sebelumnya, banyak merek dan pemasar yang masih mengandalkan email sebagai channel retensi pelanggan utama mereka.

Email marketing sama dengan spam

Terlalu banyak orang yang salah mengartikan email marketing secara umum dengan praktik yang agak menyimpang: cold emails. Cold emails adalah pesan yang tidak diminta dan dikirim ke orang-orang yang belum menyatakan minat pada merek atau produk Anda. 

Tak jarang Anda membeli atau mengumpulkan daftar alamat email (tanpa sepengetahuan penerima) dan melakukan blast email dengan harapan mendapatkan leads. Metode ini sering digunakan untuk mencari leads dan dapat dianggap mengganggu jika tidak dilakukan dengan benar. 

Hal ini karena tidak ada yang memberi Anda izin untuk menghubungi mereka. Di sisi lain, email marketing adalah tentang membangun hubungan dengan orang-orang yang telah menunjukkan ketertarikan pada apa yang Anda tawarkan. 

Mereka mungkin telah mendaftar ke newsletter Anda. Bentuk komunikasi yang terakhir inilah yang digunakan oleh 81% bisnis yang memakai email sebagai channel akuisisi pelanggan utama mereka. 

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS