Dalam proses product development, strategi minimum viable product atau MVP menjadi tahapan awal yang penting untuk dilalui. MVP menjadi pintu untuk mengetahui bagaimana pendapat pelanggan ketika pertama kali disuguhkan produk tersebut.
Dengan MVP, Anda akan mengetes kondisi pasar yang kelak memasuki dan mencoba berempati dengan terus menampung berbagai ekspektasi calon pengguna Anda.
Eric Ries telah mengupas tuntas konsep MVP ini dalam bukunya yang berjudul The Lean Startup. Ia menyebutkan dengan MVP, perusahaan memberikan peluang kepada pelanggan untuk berkontribusi pada pengembangan produk.
Dengan begitu, produk yang diluncurkan akan jauh lebih diterima dan diadopsi lebih baik oleh pasar. Pengguna Anda adalah bagian dari proses product development perusahaan.
Eric menambahkan pengguna akan merasakan bahwa produk tersebut seperti bayi mereka. Jika selama proses penawaran MVP banyak keluhan yang didapat dari pelanggan, Anda tidak sulit-sulit untuk mengubah produk secara keseluruhan.
Anda cukup meminta maaf dan menggunakan masukan pelanggan sebagai modal untuk menciptakan produk yang jauh lebih baik dan memenuhi kebutuhan pelanggan. Dalam tulisannya di platform Medium, Eric memberikan lima strategi minimum viable product yang bisa Anda pelajari lebih dalam.
Simak penjelasannya berikut ini:
1. Lakukan uji coba pada komponen utama terlebih dahulu
Ketika sebuah agenda pengembangan produk dilakukan, maka tim Anda tentu sering kali menggebu-gebu ingin menciptakan produk sesempurna dan sebaik mungkin. Tak lupa jika proses ini akan membutuhkan biaya yang besar, waktu yang lama, dan sumber daya yang banyak.
Ketika setelah diluncurkan, produk ternyata gagal, apa yang terjadi? Pelanggan tidak suka, banyak perbaikan sana sini, perlu perombakan besar, dan lain sebagainya.
Seluruh modal besar yang Anda keluarkan pada awal akan sia-sia.
BACA JUGA: 5 Contoh Sukses Minimum Viable Product (MVP), Layak Anda Pelajari!
Metode Lean Startup ala Eric Ries menjadi solusi. Ia menyebutkan lebih baik untuk melakukan uji coba pada satu atau beberapa komponen yang dapat membantu Anda dapat menguji apakah strategi telah sesuai dengan target atau tidak sebelum mulai melakukan produksi skala besar.
Fokuslah pada pengembangan komponen inti yang memberikan dampak paling besar pada proses penciptaan produk Anda. Komponen lain yang sifatnya pelengkap dapat disesuaikan nanti.
2. Gunakan bahan yang murah dan mudah diganti
Masa MVP adalah masa pengembangan dan perbaikan secara terus menerus. Produk Anda akan diproduksi, diganti, diperbaiki berulang kali untuk benar-benar menemukan formula terbaiknya.
Bahan yang berkualitas sering kali mahal dan membutuhkan waktu lama dalam proses produksi. Untuk pembuatan MVP, Anda tidak perlu menggunakan bahan utama.
Coba saja gunakan bahan serupa yang lebih murah dan bisa diproduksi dalam waktu singkat. Tujuannya untuk mempercepat peluncuran produk pada tahap iterasi.
3. Gunakan prototype awal kepada pelanggan
Ketika ingin menawarkan produk ke pelanggan, gunakan terlebih dahulu MVP sebagai prototipe awal untuk bereksperimen sekaligus mendapatkan masukan langsung dari calon pelanggan.
BACA JUGA: Prototype: Rancangan Awal Sebuah Produk agar Sukses di Pasar
4. Berikan early adopter kesempatan untuk mencoba produk Anda
Dalam beberapa kasus, banyak early adopter atau pengguna awal merasa tertarik untuk mencoba dan bereksperimen dengan produk baru. Jika early adopter Anda demikian, maka biarkanlah mereka merasakannya.
Apa yang early adopter Anda rasakan dan pikirkan akan menjadi pembelajaran berharga bagi proses pengembangan produk Anda. Mintalah feedback atas produk Anda sebagai bahan dasar untuk melakukan perbaikan selanjutnya.
5. Miliki mental customer services
Untuk dapat memahami lebih dalam mengenai siapa dan bagaimana pelanggan Anda, maka tim termasuk IT hingga desain juga perlu memiliki mental sebagai seorang customer services.
Mereka tidak hanya pencipta produk, tetapi mereka membuat produk dengan mendengarkan pelanggan. Dengan begitu, mereka bisa memastikan bahwa produk yang diciptakan tersebut benar-benar menghasilkan output terbaik.
Kesimpulannya, ketika Anda mengimplementasikan MVP, mungkin energi Anda akan banyak habis ketika harus berbicara secara terus menerus kepada pelanggan, menganalisis pandangan mereka, dan mengukurnya dalam metrik-metrik tertentu.
Namun, energi tersebut bisa dibilang sebagai sebuah investasi awal untuk mengurangi risiko kegagalan yang jauh lebih besar. Produk yang baik tidak tercipta dalam semalam.
Jangan takut dan mulailah untuk meluncurkan MVP pertama Anda. Tidak apa jika terlihat tak sempurna karena bisa melakukan iterasi dan perbaikan sebanyak mungkin hingga nantinya menjadi produk yang sempurna.
BACA JUGA: Minimum Viable Product: Model Produk Sederhana yang Berdaya Guna
Editor: Ranto Rajagukguk