Dalam marketing Anda tidak selalu berfokus pada meningkatkan konversi pelanggan, tetapi juga perlu melakukan A/B testing.
A/B testing dilakukan untuk mengetahui analisis dari strategi pemasaran dan mengenali apa yang pelanggan Anda pedulikan.
Namun, A/B testing masih sering sulit dipahami oleh para pebisnis maupun pemasar. Berikut 5 tips melakukan A/B testing yang Marketeers lansir dari Invesprco:
1. Fokus dengan apa yang audiens Anda butuhkan
Mengajukan dan menggali informasi dari audiens adalah cara terbaik untuk menguji hipotesis Anda. Cara ini menjadi starting point yang baik untuk mulai melakukan A/B testing.
Anda bisa melakukan survei untuk meminta feedback dari audiens Anda, misalnya menanyakan terkait hal apa yang bisa dilakukan untuk meningkatkan pengalaman audiens atau apakah ada kendala yang dihadapi oleh audiens ketika membuka website atau ingin mencari informasi produk.
Untuk menggali insight dari pelanggan, survei tidak menjadi satu-satunya cara. Anda juga dapat melakukannya melalui email atau wawancara langsung melalui telepon.
BACA JUGA: Empathy Map: Human-Centered Design, Lebih Dekat dengan Pelanggan
2. Tidak harus selalu mengikuti strategi pemasaran orang lain
Memang ketika Anda ingin melakukan suatu strategi, Anda perlu mencari tahu bagaimana strategi tersebut dapat bekerja dan berdampak bagi perusahaan.
Namun, ketika Anda ingin melakukan A/B testing, lakulanlah tanpa adanya asumsi. Karena apa yang bekerja baik oleh produk atau perusahaan lain, bukan berarti cocok atau sesuai dengan produk/perusahaan Anda.
Misalnya saja, tombol call to action (CTA) yang berwarna kuning di website lain belum tentu cocok dengan website Anda.
Anda pun bisa menggunakan beberapa pilihan warna, model, font, dan lainnya yang paling sesuai dengan brand Anda.
3. Tidak menguji semua praktik yang ada
Setiap website, produk, dan perusahaan memiliki keunikan, sehingga memiliki kendalanya masing-masing.
Jika Anda pernah membaca puluhan trik untuk menerapkan A/B testing yang sukses, maka pertanyaannya adalah apakah Anda memiliki cukup banyak waktu dan uang untuk melakukannya semuanya?
Anda tentu memiliki keterbatasan waktu untuk mendapatkan hasil dalam waktu dekat. Oleh karena itu, Anda perlu melakukan pengujian hanya pada trik yang paling relevan dengan website Anda dan tentu yang dapat memberikan hasil paling tinggi dan optimal.
BACA JUGA: 6 Langkah Membuat Content Marketing Strategy, Jitu dan Tepat Sasaran!
4. Membuat metrik kesuksesan dengan jelas
Sebelum Anda melakukan pengujian, maka penting bagi Anda untuk membuat ukuran atau metrik kesuksesan yang paling sesuai dengan target dan tujuan Anda.
Pastikan Anda tidak membuat metrik kesuksesan yang terlalu umum karena dapat membuat pengukuran menjadi sulit dilakukan.
Salah satu metrik yang bisa Anda gunakan untuk mengukur seberapa efektif website Anda dalam mendorong penjualan adalah tingkat konversi pengunjung menjadi pelanggan.
5. Dokumentasikan pengujian dan hasilnya
Ketika Anda melakukan A/B testing, penting bagi Anda untuk dapat mencatat pengujian yang pernah Anda lakukan dan bagaimana hasilnya bagi bisnis Anda.
Jika Anda memiliki sekumpulan data mengenai A/B testing yang pernah Anda lakukan, maka Anda akan mendapatkan insight berharga untuk mendesain strategi pemasaran yang paling efektif dilakukan di masa depan.
Selain itu, Anda juga akan memiliki wawasan yang lebih mendalam mengenai pelanggan Anda, baik kebutuhan, keinginan, preferensi, dan hal-hal lain yang menunjang strategi pemasaran Anda.
Kesimpulannya, lakukan A/B testing dengan memahami terlebih dahulu audiens Anda, rencanakan metrik atau ukuran kesuksesan, prioritaskan pengujian yang paling relevan, dan tidak selalu mengikuti A/B testing yang dilakukan orang lain.
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz
BACA JUGA: 4 Tips Lakukan Diversifikasi Produk, Jadikan Produk Juara di Pasar